Kendari (ANTARA) - Petani yang menjadi binaan Bank Indonesia Sulawesi Tenggara di Amohalo, Kelurahan Baruga, Kecamatan Baruga, Kota Kendari, melakukan panen raya padi sawah dengan produktivitas 9,6 ton per hektare setelah menerapkan sistem pertanian organik.
Wali Kota Kendari Sulkarnain Kadir di Kendari, Minggu, mengatakan sangat bersyukur atas peningkatan produksi pertanian di daerah tersebut sebab sebelumnya dia mengingat betul bahwa para petani hanya bisa menghasilkan panen maksimal 5 ton.
"Saya ingat betul kedatangan yang lalu ketika itu panen juga tetapi baru di angka 5 ton per hektare, tetapi ini alhamdulillah sudah meningkat menjadi 9,6 ton dan itu tentu merupakan kenaikan yang signifikan ditambah dengan metode baru dengan total organik," katanya di sela panen raya.
Dia mengaku dalam mendukung sistem pertanian organik pihaknya akan membantu sebanyak 100 ekor sapi di tahun 2023 bagi petani di daerah Amohalo sehingga bisa lebih meningkatkan lagi produktivitas pertanian.
"Insya Allah nanti kami akan programkan di tahun 2023 karena pengusulan yang bisa kami lakukan lewat DPRD. Tadi sudah digambarkan tiga ekor sapi untuk satu hektare lahan, sebaliknya begitu, ada siklusnya sehingga mudah-mudahan nanti dengan stimulus yang diberikan oleh pemerintah bisa meningkatkan produktivitas petani kita," ujar Wali Kota.
Wali Kota mengaku bahwa pihaknya akan mendistribusikan beras tersebut termasuk mengajak masyarakat agar tidak ragu mengkonsumsi beras Owoha yakni beras yang dihasilkan petani di kawasan Amohalo karena diproduksi secara organik.
Pelaksana Harian Kepala Perwakilan BI Sultra Aryo Wibowo T. Prasetyo mengatakan mendukung petani agar meningkatkan produktivitas merupakan program nasional pihaknya, yakni program bantuan secara teknis dan program sosial.
Bantuan nasional dari BI tersebut diberikan terkait dengan pengendalian inflasi dan pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian termasuk di Kota Kendari.
"Ini salah satu program bantuan Bank Indonesia, ada dua poinnya yaitu ada program bantuan sosial seperti memberikan fasilitas mesin peralatan digital ecofarming dan ada bantuan teknis salah satunya memanggil pakar mengenai pengembangan organik, itu yang kami biayai, kami siapkan," katanya.
Ia mengaku, pihaknya akan memberikan bantuan berupa mesin ecofarming kepada para petani di daerah itu sehingga para petani tidak mesti lagi memantau sawahnya setiap hari.
"Ke depan ini kami memberikan bantuan mesin digital ecofarming artinya lahan sebegini luas kalau kita memonitor unsur haranya secara manual, pagi-pagi harus bangun melihat apakah ada pupuknya, unsur haranya, cuacanya, kan repot. SDM banyak yang dipake," ujar dia.
Dia menjelaskan, sistem ecofarming akan membantu para petani di mana dengan sistem digital itu para petani hanya tinggal menaruh titik-titik rambu-rambu di dalam tanah yang kemudian akan memberikan informasi ke dalam sistem yang ada di telepon genggam pintar. Namun, para petani masih akan dilatih oleh pakar pertanian yang telah disediakan oleh pihak BI Sultra.
Selain itu, dalam bentuk dukungan pertanian guna mengendalikan inflasi pihaknya juga siap membangun laboratorium MA11 dan kandang sapi do kawasan Amohalo agar para petani berkelanjutan menerapkan sistem pertanian organik.
Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktam) Samendre, Arif Rante mengaku sangat bersyukur dengan bantuan pembinaan dari pakar pengembangan sawah organik yang dihadirkan BI Sultra sehingga produksi pertanian mereka meningkat.
"Jadi sebelumnya itu kalau ada teman-teman yang panen bisa mendapat 10 ton, kami berpendapat kecuali kami timbang batang dan jeraminya baru bisa cukup. Tapi dengan pakar yang dihadirkan BI Sultra yang membina petani, kami percaya dan kami sudah rasakan sendiri, itu hasilnya 9,6 ton," katanya.