Kendari (ANTARA) - Kejadian gempa bumi yang tidak dapat diprediksi tentu saja menjadi tantangan yang sangat tinggi untuk Indonesia, mengingat wilayah Indonesia yang dikelilingi oleh Lempeng Tektonik Dunia. BMKG terus mengembangkan sistem informasi dan peringatan dini yang mampu memberikan informasi kejadian gempa bumi secara cepat, tepat, dan akurat.
Setiap tahunnya BMKG mencatat adanya peningkatan kejadian gempa bumi, sebagai dampak dari pengembangan dan penambahan peralatan sensor seismik yang semakin rapat di setiap daerah di Indonesia. Pencatatan setiap kejadian akan menjadi database historis untuk mengetahui wilayah yang rawan dan aktif gempa bumi.
Wilayah Sulawesi Tenggara merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang menunjukkan peningkatan aktivitas seismik setiap tahunnya. Salah satu UPT BMKG, Stasiun Geofisika Kendari, telah memetakan kejadian gempa bumi di wilayah tersebut selama tahun 2024, dengan magnitudo berkisar antara M 1.6 hingga M 5.9.
Gempa bumi terjadi hampir di seluruh wilayah Kabupaten/Kota, dengan frekuensi rendah hingga tinggi. Wilayah-wilayah yang sebelumnya tidak terpetakan kejadian gempa bumi pun, saat ini sudah mulai tercatat dan terpetakan, ini menandakan bahwa cukup banyaknya Sesar-Sesar Aktif Lokal.
Gambaran peta kejadian gempa bumi, atau biasa disebut sebagai peta seismisitas, menunjukkan terdapat 6 zona aktif gempa bumi, diantaranya yaitu wilayah Kabupaten Kolaka, Kabupaten Kolaka Timur, Kabupaten Konawe Selatan, Kabupaten Konawe bagian selatan, Kota Kendarim, Pulau Kabaena, dan Perairan Timur Sulawesi Tenggara.
Zona aktif gempa bumi ini merupakan wilayah kejadian gempa bumi dengan lokasi epicenter (titik pusat) gempa bumi yang berdekatan atau sama, dan terjadi dalam jumlah yang cukup banyak. Gempa bumi yang terjadi dalam jumlah yang banyak pada suatu zona/wilayah patut disyukuri, artinya energi yang tersimpan telah dilepaskan secara bertahap.
Wilayah Kabupaten Kolaka merupakan salah satu zona aktif gempa bumi sebagai akibat adanya Sesar Kolaka yang melintas di wilayah tersebut. Kejadian gempa bumi yang tersebar di wilayah Konawe Selatan akibat aktivitas Sesar Lainea, Sesar Kendari Central, dan Sesar Kendari South. Gempa bumi yang terjadi di wilayah Kabupaten Konawe bagian selatan dan Kota Kendari sebagai akibat dari aktivitas Sesar Kendari North.
Kejadian gempa bumi di wilayah Perairan Timur Sulawesi Tenggara secara dominan berada pada Sesar Naik Tolo, serta munculnya dugaan adanya Sesar Aktif Lokal di wilayah Kabupaten Kolaka Timur dan Pulau Kabaena, yang menyebabkan tingginya frekuensi kejadian gempa bumi pada kedua wilayah tersebut. Wilayah Kabupaten/Kota lainnya, walaupun frekuensi kejadian gempa bumi rendah, perlu menjadi perhatian juga, karena diinterpretasikan bahwa hampir seluruh wilayah Sulawesi Tenggara terdapat Sesar Aktif Lokal.
Stasiun Geofisika Kendari terus melakukan monitoring aktivitas kejadian gempa bumi di Sulawesi Tenggara, serta menginformasikannya langsung ke Stakeholder dan Masyarakat. Kami pun sangat berharap feedback dari Masyarakat terkait informasi gempabumi yang didiseminasikan, apabila gempa bumi tersebut dirasakan. Selama tahun 2024, telah tercatat 42 kejadian gempa bumi yang dirasakan oleh Masyarakat. Semakin meningkatnya aktivitas gempa bumi dari tahun ke tahun, memerlukan concern, perhatian pada Masyarakat untuk selalu waspada dan siap siaga. Kemampuan dan kesadaran terhadap langkah mitigasi dan evakuasi mandiri sangat diperlukan, sebab gempa bumi belum dapat diprediksi waktu kejadiannya.
Oleh: Imanuela Indah Pertiwi, S.Si, M.Si
PMG Ahli Madya Stasiun Geofisika Kelas IV Kendari