Kupang, (ANTARA News) - Para petani jambu mete asal wilayah Amfoang Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur, saat ini tengah mencari pangsa pasar di luar daerah untuk meningkatkan penjualan komoditas tersebut.
"Selama ini setelah panen, komoditas ini dijual antardaerah dalam provinsi yaitu ke Kabupaten Flores Timur di ujung Timur Pulau Flores, sehingga kami bermaksud mencari pengembangan pasar ke luar NTT untuk menemukan suasana baru dalam bisnis ini," kata Koordinator petani mete, Lens Laliana (48), di Kupang, Kamis.
Warga Dusun III Desa Manubelon Kecamatan Amfoang Barat Daya Kabupaten Kupang itu mengatakan hal tersebut di sela-sela perjalanan mencari pengusaha penerima komoditas jambu mete produksi Amfoang di Kupang dan sekaligus mencari pangsa pasar ke luar NTT.
Ia mengatakan produksi jambu Mete asal wilayah Amfoang Kabupaten Kupang dalam beberapa tahun terakhir diantarpulauakan ke Kabupaten Flores Timur untuk selanjutnya diekspor ke luar negeri melalui Surabaya.
"Negara tujuan ekspor mete Indonesia, termasuk yang berasal dari Amfoang dan Flores Timur Nusa Tenggara Timur, adalah India dan Vietnam," kata petani dan pengusaha jambu mete yang sudah puluhan tahun menggeluti usaha itu.
Dia mengatakan, peluang pasar yang ada selama ini cukup prospektus, namun akan lebih baik kalau akses pasar langsung ke luar NTT seperti Surabaya, sehingga lebih memudahkan dalam hal mendapatkan keuntungan.
"Infrastruktur jalan yang ada di Amfoang saat ini cukup menyulitkan para petani mete cepat membawa hasil panenan komoditas ini ke Kupang dan selanjutnya dipasarkan ke Flores Timur, karena membutuhkan biaya ongkos yang tinggi," katanya.
Dia menyebut untuk membawa hasil panenan jambu mete dari Amfoang hingga ke Kupang, biaya ongkos Rp10.000/40 kg atau per karung bisa mencapai Rp100.000, sehingga cukup menyulitkan para petani mete yang ingin membawa hasil panen ke luar desa itu.
Sehingga akan lebih murah, apabila langsung dipasarkan ke Surabaya, namun petani masih kesulitan menemukan pedagang atau lembaga untuk memediasi mengantarpulaukan komoditas ini.
Ia mengatakan selama ini produksi mete dari desanya diantar ke pengusaha mete di Kupang dengan harga antara Rp10.000 hingga Rp12.500/kg atau meningkat hanya berkisar Rp1.000 hingga Rp2.000/kg dari harga yang dilepas petani mete jika membeli langsung di lokasi mete.
"Harga ini berlaku ketika musim panen. Tetapi saat musim panen berlalu, harga mete di pasaran Kupang hingga Flores Timur mencapai Rp15.000 - Rp20.000/kg, sehingga selisihnya cukup tinggi dibanding dengan harga langsung di petani," katanya.
Dia mengatakan selama ini mete Amfoang cukup diminati pasar, karena kualitasnya sudah teruji ketika diolah dan diproduksi kembali menjadi makanan dan minuman, termasuk kosmetika.
Komoditi mete di wilayah Amfaong terdapat di Desa Manubelon, Desa Letkole, Desa Soliu dan Desa Taen di Amfoang Barat Laut dengan musim panen antara September hingga Oktober setiap musim tanam. (Ant)

