Kendari (ANTARA) - Dinas Perkebunan dan Hortikultura (Disbun Horti) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) menyebut jambu mete masuk sebagai salah satu komoditas unggulan hasil perkebunan di Bumi Anoa tahun 2025.
Kepala Disbun Horti La Ode Muhammad Rusdin saat ditemui di Kendari, Jumat, menyampaikan bahwa komoditas mete masuk bersama sembilan komoditas lainnya, seperti kopi, kakao, kelapa, lada, pala, kelapa sawit, cengkih, tebu, dan sagu.
“Untuk jambu mete penghasilnya itu hampir di seluruh daerah di Sultra seperti, Muna, Bombana, Konawe Selatan, Muna Barat dan Buton Tengah. Kebanyakan memang dari wilayah kepulauan di Sultra,” kata Rusdin.
Berdasarkan data yang dihimpun tahun 2025, total produksi komoditas jambu mete sebesar 34.247 ton di atas lahan seluas 106.247 hektar. Produksi ini tersebar ke wilayah-wilayah penghasil mete di Sultra. Pada periode yang sama, petani mete di Sultra tercatat sebanyak 82.815 orang.
Rusdin melanjutkan berdasarkan data yang dimiliki, komoditas mete sudah pernah masuk pasar ekspor pada tahun 2024 lalu. Komoditas ini diekspor ke Vietnam sebanyak 18 ton.
Rusdin menyebut komoditas yang sudah pernah masuk pasar ekspor akan terus didorong untuk bisa kembali memenuhi pasar internasional pada tahun 2025.
“Seluruh komoditas yang telah diekspor akan terus kami dorong untuk menjaga kualitas, kuantitas, serta kontinuitasnya. Sementara itu, komoditas unggulan lainnya akan kami pacu agar dapat menembus pasar ekspor dalam jangka waktu tertentu, sesuai dengan visi dan misi Bapak Gubernur Sultra,” ujarnya.
Sebagai bentuk dukungan terhadap visi dan misi Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara, Disbun Horti akan memfokuskan pengembangan pada sejumlah komoditas komoditas unggulan yang telah ditetapkan, di antaranya kakao, jambu mete, dan tebu.
Upaya penguatan komoditas unggulan ini akan dilakukan melalui berbagai program strategis, seperti pemberian bantuan bibit unggul, pendampingan teknis kepada petani, serta penguatan kelembagaan kelompok tani.
Dengan potensi lahan yang masih luas dan dukungan kebijakan yang terus diperkuat, sektor perkebunan di Sulawesi Tenggara diharapkan mampu menjadi salah satu motor penggerak ekonomi daerah.
“Selain memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan masyarakat, pengembangan komoditas ini juga diarahkan untuk mendukung ketahanan pangan dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan,” jelasnya.
Rusdin menambahkan jambu mete juga sudah masuk rencana hilirisasi komoditas yang akan dilakukan pemerintah pusat dengan Pemda Sultra. Rencananya komoditas tersebut akan terus didukung perkembangannya dengan menambah luas areal tanam hingga pembentukan pabrik pengolahan. Hilirisasi tersebut akan dilakukan pada periode 2026-2029.