Kendari (ANTARA) - Pantai Nambo, yang terletak di pesisir timur Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, menyuguhkan keindahan alam yang memukau dengan hamparan pasir putih dan laut biru yang langsung berhadapan dengan Laut Banda. Namun di balik pesonanya, tersimpan potensi ancaman bencana alam yang tidak bisa diabaikan.
Secara tektonik, wilayah ini berada dekat dengan Sesar Naik Tolo, sebuah patahan aktif yang memiliki mekanisme pergerakan vertikal dan berpotensi memicu gempabumi berkekuatan hingga magnitudo 7,4.
Jika gempabumi tersebut terjadi di laut, gelombang tsunami setinggi hingga 3 meter diperkirakan dapat mencapai daratan Pantai Nambo dalam waktu 30 hingga 40 menit. Waktu yang sangat krusial ini menjadi penentu keselamatan bagi masyarakat dan wisatawan yang berada di sekitar pantai. Oleh karena itu, kesiapsiagaan dan edukasi menjadi kunci utama dalam menghadapi potensi bencana tersebut.
Sebagai bentuk nyata dari upaya mitigasi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui Stasiun Geofisika Kendari menyelenggarakan kegiatan Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami (SLG) pada Kamis lalu, 23 Oktober 2025. Kegiatan ini bertujuan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang potensi gempabumi dan tsunami, serta langkah-langkah perlindungan diri yang harus dilakukan saat terjadi guncangan.
SLG tidak hanya berisi materi teori, tetapi juga praktik langsung berupa simulasi evakuasi mandiri, susur jalur evakuasi, dan pelatihan menuju titik kumpul yang aman. Masyarakat dilatih untuk segera menuju lapangan terbuka setelah merasakan guncangan, sementara pemangku kebijakan seperti BPBD, TNI/Polri, dan pemerintah kota dilibatkan dalam penyebaran informasi dan pengamanan saat perintah evakuasi dikeluarkan.
Langkah strategis lainnya adalah pemasangan papan informasi jalur evakuasi oleh BMKG di sejumlah titik di Pantai Nambo. Papan ini menjadi panduan penting bagi pengunjung dan masyarakat untuk mengetahui arah evakuasi ketika peringatan dini tsunami dikeluarkan. Tidak hanya sebagai alat informasi, papan tersebut juga menjadi acuan bagi pengelola wisata dan pemerintah daerah dalam menyusun rencana tanggap darurat.
Sebagai pelengkap, kegiatan Table Top Exercise (TTX) turut digelar dengan skenario terburuk yang mungkin terjadi di Kelurahan Nambo. TTX adalah kegiatan simulasi dilakukan untuk atas meja. TTX digelar melibatkan seluruh unsur masyarakat dan pemerintah kota untuk berperan sesuai tugas masing-masing dalam proses evakuasi. Simulasi ini menjadi bahan evaluasi dan penyusunan rencana kesiapsiagaan yang lebih matang dan terstruktur.
Dengan sinergi antara edukasi, simulasi, dan penyediaan sarana informasi, Pantai Nambo perlahan mewujudkan cita-cita sebagai destinasi wisata aman bencana. Harapan BMKG agar pengunjung dapat menikmati keindahan alam dengan rasa aman dan nyaman kini bukan sekadar wacana, melainkan langkah nyata yang terus diperkuat.
Pantai Nambo bukan hanya menjadi tempat berlibur, tetapi juga simbol kesiapsiagaan masyarakat pesisir dalam menghadapi ancaman alam yang sewaktu-waktu bisa datang.
*) Imanuela Indah Pertiwi, S.Si., M.Si, Fungsional PMG Ahli Madya Stasiun Geofisika Kendari

