Kendari, Antara Sultra - Puluhan hektare tanaman padi sawah di wilayah Kecamatan Rumbia Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara diserang hama pengerat seperti tikus, akibatnya petani setempat mengkhawatirkan akan gagal panen.
Salah seorang petani sawah, Zaenal (40) di Dusun Talabente Kelurahan Lameroro, Kecamatan Rumbia, Senin mengatakan serangan hama tikus menyerang tanaman padi yang berisi padi (bunting-red) mulai diserang tikut sejak sepekan tarakhir yang rata-rata padi telah burumur 40-45 hari setelah tanam.
"Awal mula hama tikus menyerang tanaman yang sudah beriisi padi itu, saat terjadi hujan yang sesekali turun di tengah malam, dan berdasarkan kebiasan alam bahwa jika hujan intensitasnya kurang dan terjadi pada malam hari, maka binatang itu banyak yang beranak dan membutuhkan makan bagi induk dan anak-anaknya," ujarnya.
Tanpa menyebut luas areal tanaman padi swah milik petani di wilayah itu, namun menurut Zainal, untuk area persawahannya saja dari luas 2,5 hektare itu hampir seluruhnya diserang hama tikus dan dikhawatirkan akan alami gagal panen.
Ia mengatakan, kelompok tani yang ada di dusun Talabente itu, memang melakukan penanaman sejak awal bulan desember 2016, dan sekaligus kelompok tani yang pertama membajak sawah pada musim tanam kedua di tahun 2016.
Petani sawah lainya, La Siru mengatakan, sejak sepekan terakhir tanaman padi milik petani di desa itu terserang hama tikus dan dirinya memperkirakan seluas 15 hektare tanaman padi dalam satu kelompok kecilnya itu telah rusak dihantam hama tersebut.
"Padahal tanaman padi milik petani didesa kami sudah pada ngisi atau bunting. Dari luas sekitar 15 hektare itu, hama tikus hanya menyerang bagian batang tempat buah padi tersebut.
Ia mengatakan, petugas dari pihak pertanian sejauh ini belum ada yang urun melihat kondisi tanaman padi milik petani di wilayah itu yang tidak jauh dari pusat perkantoran di ibukota Bombana.
Kadis Pertanian Perkebunan dan Peternakan kabupaten Bombana Azis Fair, yang dicoba dihubungi melalui saluran teleponnya belum ada jawaban.
Namun keterangan dari salah satu petugas penyuluh pertanian di Bombana mengatakan, pola tanam petani pada menanam padi sawah memang waktunya tidak bersamaan karena kondisi keterbatasan air irigasi yang dihasilkan dari Bendungan Lameroro.
Sementara hujan di wilayah itu tergolong kurang terjadi, sehingga para petani harus bergantian untuk membajak lahan sawahnya karena keterbatasan suplai air yang dihasilkan dari irigasi tekis itu.
Data diner pertanian Bombana menyebutkan bahwa potensi areal persawahan di Bombana mencapai 17.000 ribu hektare namun yang dikelola seluas 11.500 lebih yang terdiri dari sawah irigasi 6.000 hektare dan sawah tadah hujan ada 5.500 hektare.