Kendari (ANTARA) - Dinas Perkebunan Sulawesi Tenggara (Sultra) menyebutkan, harga kakao non fermentasi di pasaran saat ini alami penurunan dengan harga Rp110.000 per kilogram.
Keterangan dari Dinas Perkebunan Provinsi Sultra, Kamis menyebutkan, penurunan harga kakao non fermentasi yang sebelumnya mencapai Rp140.000 per kilogram itu disebabkan faktor cuaca hujan yang sudah berlangsung hampir dua pekan terakhir yang dimulai awal Mei 2024.
"Tingginya curah hujan otomatis mempengaruhi produk maupun kualitas kakao non fermentasi, dimana petani memperlakukan produk kakao nya itu dengan sistem pengeringan (penjemuran-red) dari sinar mata hari langsung," kata Petugas Informasi Pasar Dinas Perkebunan Sultra Adnan Jaya di Kendari, Kamis.
Menurut Adnan, kakao non fermentasi di pasaran memang stoknya selama beberapa bulan terakhir sangat terbatas sementara permintaan pasar cukup tinggi baik untuk memenuhi pasar nusantara maupun untuk ekspor.
Salah seorang petani kakao di Kolaka Timur, Ramli mengatakan, selisih harga kakao fermentasi dan kakao non fermentasi cukup jauh berbeda. Sebagai contoh, bila harga kakao fermentasi Rp50.000 per kilogram maka kakao non fermentasi bisa mencapai Rp70.000 hingga Rp80.000 per kilogram.
"Kalau harga kakao non fermentasi saat ini sudah mencapai Rp110.000 per kilogram maka dipastikan kakao fermentasi seharga Rp70.000 hingga Rp80.000 per kilogram tergantung dari kualitasnya.
Menurutnya, selisih harga kakao fermentasi dan non fermentasi, membuat petani malas melakukan fermentasi kakao, karena untuk melakukan fermentasi kakao butuh perlakuan khusus selama beberapa hari dan harga pun lebih renda di banding dengan non fermentasi yang perlakuannya secara alami dengan mengandalkan mata hari penuh.
Untuk itu, ia berharap ada perusahaan besar dari luar Sultra yang mau bermitra dengan seluruh petani kakao di Sultra untuk menetapkan harga yang standar dan bisa menguntungkan kedua belah pihak.