Kendari (ANTARA) - Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan (PPK), Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyelenggarakan kegiatan Pameran Jalur Rempah dan Gelar Seni Budaya: Manusia, Biosfer, dan Rempah dalam rangka The 15th Southeast Asian Biosphere Reverses Network (SeaBRnet) Meeting di Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra), pada tanggal 30 April hingga 2 Mei 2024.
Pameran Jalur Rempah dan Gelar Seni Budaya merupakan sebuah perayaan menarik yang mengangkat tema Manusia, Biosfer, dan Rempah. Jalur rempah telah menjadi jalur peradaban melalui perdagangan dan interaksi budaya di Nusantara dan Asia Tenggara dengan menghadirkan kisah-kisah epik tentang bagaimana rempah seperti cengkeh, lada, dan pala telah menjadi komoditas utama yang menarik bangsa-bangsa dari seluruh dunia ke wilayah ini. Jalur rempah tidak hanya menjadi rute perdagangan, tetapi juga menjadi jalur konektivitas untuk menjalin hubungan dengan bangsa lain, membentuk ikatan kuat melintasi batas negara dan budaya.
Ekosistem laut dalam cagar biosfer di sepanjang jalur pelayaran rempah di Indonesia menjadi ruang bagi semua makhluk untuk tumbuh dan berkembang, termasuk manusia, dan memberikan nuansa yang beragam antara satu tempat dengan tempat lainnya. Ekosistem laut saat ini memerlukan sentuhan rasa dan asa kepedulian dari semuanya tanpa terkecuali.
Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Irini Dewi Wanti, Senin, mengatakan bahwa cagar biosfer memainkan peranan penting dalam melestarikan keanekaragaman hayati, mendorong pembangunan berkelanjutan, dan membina hidup berdampingan secara harmonis antara manusia dan lingkungan.
"Pameran ini tidak hanya merayakan kekayaan budaya dan sejarah jalur rempah, tetapi juga mengangkat peran vital cagar biosfer dalam menjaga kelestarian lingkungan laut di Indonesia," kata Irini Dewi.
Dengan menyoroti kearifan lokal masyarakat maritim Nusantara dalam menjaga cagar biosfer di wilayah mereka, diharapkan mampu meningkatkan kesadaran semua pihak untuk terlibat dalam melestarikan cagar biosfer dan tradisi masyarakat lokal.
Ia menyebut bahwa pada kegiatan Pameran Jalur Rempah dan Gelar Seni Budaya akan diselenggarakan diskusi terpumpun yang menghadirkan Tokoh Suku Bajau dari Wakatobi dan para ahli untuk berdiskusi secara mendalam mengenai isu terkini terkait pelestarian cagar biosfer dan praktek tradisi lokal Suku Bajau.
"Dengan dilaksanakannya kegiatan tersebut, diharapkan mampu menjadi ruang bertukar pengetahuan dan pengalaman yang dapat memberikan kontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan serta budaya yang berkelanjutan," ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, akan dilaksanakan Deklarasi Bajau yang berisi komitmen bersama masyarakat Suku Bajau di Wakatobi dalam rangka mendukung pelestarian keanekaragaman hayati dan budaya cagar biosfer. Pada acara tersebut, akan ditampilkan kesenian, kuliner, dan permainan tradisional Suku Bajau serta parade 500 perahu nelayan Bajau.
"Parade perahu tersebut akan dimulai dari Jembatan Pelangi yang berada di pemukiman Suku Bajau Mola menuju Pelabuhan Pangulubelu, Pulau Wangi-wangi," sebut Irini Dewi.
“Kita mengajak seluruh pihak untuk berpartisipasi aktif dalam Pameran Jalur Rempah dan Gelar Seni Budaya, agar kegiatan ini lebih luas jangkauannya dan berdampak pada kelestarian keanekaragaman hayati dan tradisi budaya Suku Bajau,” kata Irini Dewi Wanti