Kendari (ANTARA) - Kementerian ESDM melakukan monitoring pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral PT. Ceria Nugraha Indotama di Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara sebagai salah satu obyek vital nasional yang masuk dalam Proyek Strategi Nasional (PSN).
Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Yose Rizal di Kolaka, Kamis mengatakan PT. Ceria Nugraha Indotama yang merupakan salah satu Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mendapat perhatian besar dari Kementerian ESDM.
Menurutnya saat ini program hilirisasi yang dicanangkan oleh Presiden RI Joko Widodo, banyak melibatkan pengusaha dalam negeri sebagai tuan rumah di negeri sendiri sehingga pihaknya meminta kepada perusahaan untuk terus melakukan komunikasi kepada pihak ESDM.
"Komunikasikan jika ada kendala berkaitan perizinan dan kalau dokumennya sudah benar dan lengkap sesuai persyaratan aturan perundang-undangan, dalam satu dua hari segera kami selesaikan," kata Yose Rizal.
Selain itu Yose Rizal juga mengharapkan PT.Ceria Nugraha Indotama untuk menjadi pionir ekosistem Electric Vehicle (EV) Battery di Indonesia mengingat potensi pertambangan yang di miliki perusahaan itu sangat menjanjikan.
Sementara President Direktur PT CNI, Abdul Haris Tatang menjelaskan saat ini, fasilitas smelter baik berupa mesin dan material dari China sudah tiba di Wolo, dan sebagian besar telah terpasang selanjutnya yang tersisa hanya beberapa persen akan dilakukan pemasangan berkelanjutan.
Lebih jauh Haris mengatakan smelter PT CNI menggunakan dua teknologi utama, yakni teknologi Rectangular Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dengan kapasitas 4×72 MVA, terdiri dari emapat lajur produksi untuk mengolah bijih Nikel Saprolite yang ditargetkan rampung 2024 dan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) untuk mengolah bijih Nikel Limonite (kadar lebih) untuk menghasilkan baterai kendaraan listrik yang ditargetkan rampung 2026.
"Pengolahan HPAL akan memiliki kapasitas produksi sebesar 293,200 ton dalam bentuk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) yang di dalamnya terkandung 120.000 ton Logam nikel dan lebih dari 11.500 ton cobalt," katanya.
Untuk itu lanjut dia total kapasitas produksi dari smelter nikel RKEF ini nantinya dapat menghasilkan sekitar 252.000 ton Ferronikel (FeNi) dengan kandungan 22 persen Nikel atau sekitar 55.600 ton Nikel di dalamnya.
Dan produk FeNi ini yang akan diproses lebih lanjut dan dikonversi menjadi Ni Matte dengan kandungan 74 persen nikel, yang akan digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan baterai kendaraan listrik.
"Persiapan Pabrik Ni Matte telah memasuki Procurement equipments dan pembangunan nya akan dilaksanakan pada kwartal pertama tahun 2024," ungkap Haris.