Jakarta (ANTARA) - Analis Energi Rafly Ruben Rialdi menilai dengan adanya akuisisi smelter Tsingshan memungkinkan Antam dapat mengadopsi teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) untuk meningkatkan efisiensi dan kapasitas pengolahan mineral dalam strategi hilirisasi.
"Akuisisi ini membuat Antam dapat mengadopsi teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) milik smelter Tsingshan Group,"
Kata Rafly dalam keterangan di Jakarta, Jumat.
Dia menyampaikan hal itu dalam Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Menelaah Strategi Hilirisasi PT Antam Melalui Rencana Akuisisi Smelter Tsingshan Group yang digelar Yayasan Rumah Energi bekerja sama dengan PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Rafly menyebutkan bahwa teknologi RKEF dikenal efisien dalam pengolahan bijih nikel laterit menjadi NPI (Nickel Pig Iron).
"Teknologi ini memungkinkan pemanfaatan energi secara optimal dengan efisiensi termal tinggi, sehingga konsumsi energi per ton nikel berkurang," ujar Rafly.
Lebih lanjut Rafly mengatakan bahwa terkait kebutuhan energi untuk operasional smelter pasca-akuisisi, smelter Tsingshan diperkirakan membutuhkan rata-rata energi listrik hingga 30-50 MW untuk kapasitas produksi 28.000 ton NPI per tahun.
"Untuk sumber energi yang optimal, nantinya gas alam bisa digunakan sebagai bahan bakar utama karena dapat menurunkan emisi karbon hingga 50 persen dibandingkan batu bara," ujar Rafly.
Sementara itu, Peneliti Muda dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) M Farhan menilai bahwa akuisisi smelter Tsingshan Group oleh PT Antam akan menciptakan dampak signifikan pada perekonomian regional dan nasional, terutama melalui kebijakan hilirisasi nikel.
"Peningkatan produksi di kawasan operasional smelter, seperti Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara, mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dengan multiplier effect pada sektor logistik, konstruksi, dan lapangan pekerjaan lokal," ujar Farhan.
Menurut Farhan, di tingkat global, akuisisi ini memperkuat daya saing Indonesia dalam rantai pasok nikel dunia, terutama untuk industri baja tahan karat dan baterai kendaraan listrik.
Sejalan dengan visi Making Indonesia 4.0, kata Farhan lagi, akuisisi itu mendukung transformasi ekonomi berbasis sumber daya alam yang bernilai tinggi.
"Meski demikian, volatilitas pasar global, regulasi lingkungan yang ketat, dan risiko geopolitik menjadi faktor eksternal yang dapat mempengaruhi keuntungan jangka panjang," ujarnya pula.
Terpisah, Anggota DPR RI Nasyirul Falah Amru (Gus Falah) menyambut baik pelaksanaan FGD oleh Rumah Energi dan Antam.
Menurut Gus Falah, FGD itu bisa menjadi wahana pencerahan publik, terkait arti penting akuisisi smelter Tsingshan Group oleh Antam.
"Akuisisi itu penting dalam rangka mendukung pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik di Indonesia. Karena Tsingshan ini berpengalaman dalam produksi baterai kendaraan listrik di China," ujar Gus Falah.
“Sehingga akuisisi akan menguntungkan Antam dan Indonesia, karena kita menguasai smelter dari perusahaan yang teruji dalam produksi baterai kendaraan listrik,” kata Gus Falah pula.