Kendari (ANTARA) - Wali Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) Sulkarnain Kadir mengatakan bahwa pihaknya telah mengeluarkan kebijakan pembelajaran tatap muka (PTM) dilakukan 50 persen, karena terjadi lonjakan kasus COVID-19 yang signifikan.
"PTM sudah kami berlakukan 50 persen, bahkan untuk sekolah (jika ada) yang terdeteksi ada kasus (COVID-19) di atas lima itu kami tutup dulu sementara," kata Sulkarnain, di Kendari, Rabu.
Dia menyebut, kebijakan itu tertuang dalam Surat Edaran Wali Kota demi menekan angka kasus COVID-19 yang kian hari semakin meningkat di daerah tersebut.
Ia menegaskan, jika ada siswa yang terinfeksi COVID-19, maka pembelajaran akan dilakukan secara daring demi melindungi peserta didik dari penularan virus tersebut.
"Kami akan arahkan untuk kemudian melakukan pembelajaran daring dulu (jika ada siswa terinfeksi). Mungkin setelah itu baru kami evaluasi," ujar Wali Kota
Saat ini Pemerintah Kota Kendari menerapkan PTM terbatas, yakni 50 persen dari jumlah siswa, sehingga tidak menimbulkan kerumunan yang dinilai berpotensi menjadi klaster penyebaran COVID-19, apalagi saat ini telah ada varian baru Omicron.
Sulkarnain juga mengatakan jika ada siswa yang merasa kurang sehat, agar tidak masuk sekolah sementara waktu, demi melindungi anak itu dari COVID-19 apalagi saat ini telah ada varian baru Omicron yang penyebaran terbilang cepat.
"Kalau ada anak-anak yang bergejala dan kurang fit, kami imbau untuk tidak datang ke sekolah. Biar nanti tugas-tugasnya dilakukan secara daring dan tetap mengikuti proses belajar mengajar dengan mekanisme hybrid yang sudah kita lakoni selama ini," ujar dia pula.
Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Kota Kendari mencatat kasus aktif COVID-19 di daerah ini mengalami kenaikan yang cukup signifikan dalam dua pekan terakhir, kini menjadi 818 setelah hari ini ada penambahan 112 kasus baru.
Kasus COVID-19 diduga varian baru Omicron terdeteksi di ibu kota provinsi ini sejak awal Februari 2022. Pada 3 Februari, satuan tugas penangan COVID-19 setempat mencatat kasus aktif sebanyak 12, namun mengalami kenaikan yang signifikan, kini menjadi 818 kasus per 16 Februari 2022.