Kendari (ANTARA) - Masih terbayang dan belum hilang bahkan terukir di benak kita bahwa tahun 2021 menjadi catatan sejarah bagi Provinsi Sulawesi Tenggara karena daerah ini kehilangan sosok perempuan baik hati dan tangguh.
Siapakah sosok perempuan itu? Ya,, dia adalah seorang istri Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi bernama Agista Ariany Ali Mazi.
Wanita bak menteri ini menghembuskan nafas terakhir tepat pada 13 Juli 2021 sekitar pukul 17.30 Wita di Rumah Sakit Umum Provinsi Bahteramas Kendari waktu lalu.
Sosok yang selalu setia dan tulus mendampingi sang suami Gubernur Sulawesi Tenggara menunaikan tugas dan kewajibannya, wafat di usia 45 tahun.
Wanita kelahiran Gorontalo, 21 April 1976 ini meninggal kala pandemi COVID-19 menyerbu belahan dunia hingga merambat ke daerah Bumi Anoa julukan provinsi itu dan meninggalkan enam orang anak.
Mentari yang ramah, murah senyum, dan humanis ini tak bisa lagi dijumpai karena telah berpulang ke Rahmatullah di ruang VVIP khusus isolasi pasien COVID-19 di Rumah Sakit Bahteramas Kendari.
Istri tercinta Gubernur Sultra ini meninggal dunia kala virus ganas itu menggerogoti sendi-sendi kehidupan manusia khususnya di Kota Kendari, ibu kota provinsi itu.
Meski begitu, tidak ada keterangan secara resmi dari Satgas COVID-19 Sultra ataupun pihak rumah sakit penyebab kematian istri gubernur Sultra tersebut. Namun, pemulasaraan jenazah Agista Ariany Ali Mazi dilakukan dengan protokol kesehatan COVID-19 di Rumah Sakit Bahtermas Kendari.
Dimakankan dengan prokes
Wafatnya Srikandi Sultra ini sangat mengejutkan dan meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, kerabat hingga masyarakat Sulawesi Tenggara.
Saat meninggal, banyak keluarga, kerabat dan masyarakat memadati depan ruang VVIP khusus isolasi pasien COVID-19 tempat mendiang istri Geburnur Sultra menghembuskan nafas terakhir.
Usai pemulasaran, kendaraan jenazah yang membawa almarhumah dari RS Bahteramas tidak lagi ke rumah jabatan gubernur maupun rumah pribadi almarhumah, namun langsung ke Tempat Pemakaman Umum Ponggolaka, Kelurahan Punggolaka, Kecamatan Puuwatu, Kendari.
Sementara Gubernur Ali Mazi yang sekaligus merupakan suami almarhumah Agista Ariany berada di rumah jabatan (Rujab) bersama anak-anak almarhumah, hanya bisa menunggu kendaraan jenazah dari RS Bahteramas, lalu mengikuti kendaraan dari belakang menuju TPU Ponggolaka.
Jenazah almarhumah istri Gubernur Sulawesi Tenggara Agista Ariany Ali Mazi dimakamkan tepat di samping pusara neneknya di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kelurahan Punggolaka, Kecamatan Puuwatu, Kendari.
Pemakaman jenazah sekitar pukul 21.00 WITA, dengan protokol kesehatan COVID-19 yang ketat salah satunya menggunakan pakaian azmat.
Gubernur Sultra Ali Mazi turut mengantarkan mendiang istrinya ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Wakil Gubernur Sultra Lukman Abunawas, Wali Kota Kendari Sulkarnain Kadir, Wakil Wali Kota Kendari Siska Karina Imran dan beberapa pejabat jajaran Forkopimda seperti Kapolda Sultra Irjen Pol Yan Sultra, turut hadir pada pemakaman istri gubernur.
Prosesi pemakaman dilakukan dengan tertutup, sejumlah pelayat dilarang mendekat oleh polisi yang bertugas.
Mentari
Semasa hidupnya, almarhumah dikenal ramah dan humanis bahkan mudah berbaur dengan orang yang baru dikenalnya meski ia berstatus sebagai istri orang nomor satu di Sulawesi Tenggara.
Selain kodratnya sebagai seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya, sederet jabatan strategis sempat diemban mendiang Agista Ariany di antaranya Ketua Tim Penggerak PKK Sultra, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Sultra, Ketua KONI Sultra, Ketua Lembaga Seni Qasidah Indonesia (Lasqi) Sultra, Bunda PAUD Sultra termasuk Bunda Baca Sultra.
Semasa hidupnya pula, mendiang Agista mendorong lahirnya Kartini masa kini dari "rahim" Sultra dengan meneladani semangat perjuangan RA Kartini agar bisa berprestasi dalam semua aspek kehidupan.
Mendiang Agista terus mendorong seorang perempuan agar juga bisa menjadi contoh bagi orang lain, bagi keluarga dan masyarakatnya.
Semasa hidup, almarhumah juga terus mendorong agar perempuan juga diberi kesempatan sehingga bisa maju dan meningkatkan kualitasnya secara mandiri dan menjadi penggerak dalam dimensi kehidupan dan pembangunan bangsa.
Selain itu pula, sebagai Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Sultra, almarhumah terus mendorong agar para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dapat menuangkan pangan khas di daerah menjadi motif kain tenun yang menarik.
Almarhumah juga menginginkan agar Sulawesi Tenggara yang memiliki keberagaman budaya dan khas pangan daerah yang jika dituangkan ke dalam kain tenun maka akan menarik karena memiliki ciri khas tersendiri.
Selain itu, Agista juga sangat peduli akan peningkatan kecerdasan generasi bangsa khususnya di Sultra. Cita-cita itu ditunaikan melalui peran sebagai Bunda PAUD dan Bunda Baca Sultra.
Tak hanya itu pula, sebagai Ketua KONI Sultra, mendiang Agista juga terus menggaungkan agar generasi muda di Sulawesi Tenggara bisa berprestasi di segala bidang termasuk olahraga dengan tidak terlibat narkoba.
Sosok yang baik
Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara Lukman Abunawas menilai mendiang Agista Ariany adalah sosok humanis dan humoris dan sumbangsih dalam mendukung tugas-tugas sang suami sangat besar.
Dimata Wagub Sultra, banyak kesan tersendiri untuk Sulawesi Tenggara tentang kebaikan dari Agista karena memiliki jiwa humanis, ramah dan humoris sehingga membuat banyak yang senang dengan sosoknya.
Wakil Wali Kota Kendari Siska Karina Imran mengaku sangat kehilangan atas wafatnya Agista Ariany.
Baginya, almarhumah merupakan sosok pengayom dan teladan dan mampu merangkul semua kalangan tanpa mengenal perbedaan.
“Beliau orangnya sangat baik dan bermasyarakat. Tidak sedikit nasihat yang diberikan kepada kami sebagai pelayan masyarakat," kata Siska Karina Imran.
Kepergian Agista menyisakan duka bagi Siska termasuk masyarakat Sultra pada umumnya. Dia mengaku akan selalu mengenang atas kebaikan almarhumah.
Ketua TP PKK Kota Kendari Sri Lestari Sulkarnain mengatakan kepergian Agista membuatnya kehilangan sosok panutan dalam organisasi baik di TP PKK maupun di Dekranasda.
Dalam mengemban tugas sebagai Ketua TP PKK Provinsi Sultra, menurut Sri Lestari, Agista dikenal sebagai sosok yang perhatian dan penyayang dan selalu membimbing kader dengan penuh keramahan.
“Kami sangat kehilangan. Almarhumah adalah sosok inspirasi bagi kami. Semoga amal ibadah beliau diterima di Sisi Allah SWT," kata Sri Lestari.
Sri Lestari mengaku, satu hal yang tidak bisa dilupakan dari sosok Agista adalah keinginannya yang kuat untuk mengangkat kearifan lokal Sultra agar bisa dikenal di kancah nasional.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kenudayaan Sultra Asrun Lio mengatakan semasa hidup almarhumah Ibu Agista Aryani Ali Mazi dikenal sebagai pribadi yang ceria, tegar dan tabah dalam mendampingi keluarga, sebagai istri dan ibu.
"Beliau pun dikenal sebagai sosok yang sangat aktif dan interaktif baik di dunia sosial secara nyata maupun di media sosial lainnya," kata Asrun.
Memohon doa
Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Ali Mazi memohon kepada seluruh masyarakat di provinsi itu agar memaafkan segala salah dan khilaf serta mendokan almarhumah istrinya Agista Ariany Ali Mazi sehingga mendapat tempat yang mulia disisi Allah Subhanahu Wata’ala.
Gubernur mengatakan dalam kapasitas sebagai istri gubernur, serta melalui instansi dan organisasi yang ia pimpin, almarhumah telah banyak berbuat untuk kepentingan, kemaslahatan dan kesejahteraan masyarakat dan daerah Sulawesi Tenggara.
Namun, Ali Mazi menyampaikan bahwa sebagai manusia biasa, tentu almarhumah tidak terlepas dari dosa dan kesalahan, sehingga Gubernur berharap agar masyarakat mau memaafkan segala salah dan khilaf dengan lapang dada.
"Saya secara pribadi sebagai suami dan mewakili keluarga memohon dengan segala kerendahan hati kepada seluruh masyarakat Sulawesi Tenggara untuk kiranya berkenan memaafkan dengan ikhlas dan lapang dada atas segala dosa dan kesalahan istri saya tercinta almarhumah Ibu Agista Ariany Ali Mazi," kata Gubernur pada ta’ziyah malam ketujuh wafatnya almarhumah Agista Ariany Ali Mazi.
Ali Mazi juga meminta agar mendoakan almarhumah sehingga dapat diampuni dosa-dosanya, diterima segala amal ibadahnya dan mendapat tempat yang mulia di sisi Allah Subhanahu Wata’ala.
Ali Mazi bercerita, kepergian almarhumah yang terasa begitu cepat menyisakan duka yang mendalam bagi dirinya dan keluarga serta bagi segenap masyarakat Sulawesi Tenggara.
Ali Mazi mengaku, tidaklah mudah menerima kenyataan kehilangan seseorang yang dicintai, yang telah menjadi pendamping hidup dalam suka dan duka selama kurang lebih 21 tahun.
"Namun, agama mengajarkan, sebagai orang yang beriman kita harus selalu sabar dan ikhlas dalam menghadapi setiap ujian di dunia yang fana ini, termasuk ujian dalam kehilangan orang yang sangat kita sayangi," ujar Ali Mazi.
Gubernur bercerita bahwa almarhumah Agista Ariany semasa hidupnya sebagai seorang istri dan ibu dari anak-anaknya, telah menjalankan tugasnya dengan baik.
Termasuk, lanjut Ali Mazi, telah memberikan dorongan dan motivasi kepada dirinya sebagai Gubernur Sultra mulai dari periode pertama hingga periode kedua saat ini.
Almarhumah dikenal sebagai sosok yang sangat baik, humanis dan ramah. Wafatnya Agista Ariany bak mentari yang hilang bagi keluarga, kerabat dan masyarakat Sulawesi Tenggara.*