Makassar (ANTARA) - Sebanyak 102 orang warga Dusun Pangkajene, Desa Pakabba, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan (Sulsel) terdampak keracunan makanan setelah menyantap makanan usai mengikuti takziah di salah satu rumah duka pada desa setempat.
Satu orang korban keracunan itu, bernama Ariel berusia 8 tahun, dinyatakan meninggal dunia saat mendapatkan perawatan medis di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji, di Kota Makassar, Sabtu.
"Awalnya dihitung-hitung ada 90 orang, kemudian bertambah 98 orang, lalu bertambah empat orang, totalnya menjadi 102 orang korban keracunan makanan," ujar Camat Galesong Utara Amran Torada saat dikonfirmasi wartawan.
Ditanyakan penyebab keracunan massal itu, Amran menjelaskan kronologi kejadian bahwa berawal dari acara takziah atas meninggalnya Syahrul di dusun tersebut pada Rabu (29/9) malam.
Saat itu, pihak keluarga Deng Mille telah menyiapkan konsumsi makanan nasi dos sebanyak 250 bungkus untuk dibagikan kepada warga yang mengikuti takziah, warga pun menerima nasi dos tersebut. Bahkan ada di antara tamu langsung menyantapnya dan sebagian membawanya pulang untuk dimakan esok harinya.
Pada Kamis, 30 September dan Jumat, 1 Oktober 2021 sudah banyak warga mengeluhkan sering buang air besar, hingga terserang muntaber termasuk tuan rumah. Namun warga mengganggap itu penyakit biasa. Tetapi tidak sedikit warga berinisiatif memeriksakan diri ke puskesmas setempat, Aeng Toa.
Selanjutnya, pada Sabtu, 2 Oktober 2021, salah seorang warga bernama Ariel berumur 8 tahun akhirnya dirujuk ke RSUD Labuang Baji Makassar karena kondisinya sudah gawat. Namun, sekitar pukul 13.00 WITA, anak itu tidak dapat tertolong saat sedang ditangani tim medis.
"Ada informasi tadi bahwa yang bersangkutan telah meninggal dunia. Kami dari pemerintah setempat, pemerintah desa, kecamatan bersama unsur puskesmas langsung mengumumkan di masjid bagi warga yang terindikasi gejala keracunan secepatnya segera dievakuasi ke puskesmas dan rumah sakit," ujarnya pula.
Sejauh ini, dari perkembangan pantauan tim, sudah ada puluhan pasien keracunan itu membaik, dan sebagian sudah dipulangkan. Tetapi bagi pasien yang kondisinya masih lemah tetap mendapatkan perawatan dari Puskesmas Aeng Towa serta rumah sakit.
"Tim kesehatan terus memantau perkembangannya baik di rumah sakit dan puskesmas. Sesuai instruksi Bupati Takalar, semua pengobatan pasien ditanggung Pemkab Takalar, tidak ada dibayar satu sen pun, ini tanggung jawab pemkab," katanya lagi.
Untuk makanan dos tersebut, ujar dia lagi, dipesan melalui katering, tetapi belum diketahui katering itu terdaftar atau tidak, dan apakah biasa dipesan masyarakat sekitar. Pihaknya pun telah berkoordinasi dengan aparat kepolisian dalam hal penyelidikannya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Takalar dr Rahmawati membenarkan kejadian keracunan itu, usai menyantap makanan setelah mengikuti takziah di rumah duka. Ia pun membenarkan ada korban satu anak meninggal dunia di RSUD Labuang Baji karena kehabisan cairan tubuh atau dehidrasi.
Atas informasi tersebut, tim Dinkes setempat langsung bergerak menjemput warga desa yang terindikasi mengalami gejala, demam dan diare akut, bahkan ada warga dipaksa ke rumah sakit agar korban tidak bertambah.
Dinkes Takalar langsung menyediakan penampungan khusus pada dua rumah sakit daerah yakni RSUD Haji Padjonga Daeng Ngalle dan Rumah Sakit KIA Zainab Takalar, selebihnya dirujuk ke rumah sakit di Kota Makassar.
"Kalau gejalanya masih tinggi kami langsung saja evakuasi mereka ke rumah sakit. Kondisi sekarang alhamdulillah, beberapa sudah mulai membaik," ujar Rahmawati.