Kendari (Antara News) - Mahasiswa yang tergabung dalam Lingkar Studi Mahasiswa (Lisuma) Sulawesi Tenggara (Sultra) menyatakan siap menangkal masuknya paham radikal yang mengatasnaman agama di dunia kampus atau di daerah itu.
Pernyataan tersebut disampaikan usai menggelar dialog wawasan kebangsaan yang mengangkat tema "Penguatan Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia Dalam Menangkal Tumbuhnya Paham Radikal Yang Mengatasnamakan Agama di Sultra", di Kendari, Kamis.
Diskusi ini digelar oleh sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Lisuma Sultra dan dihadiri sekitar 60 orang dari kalangan aktivis mahasiswa. Diskusi kali tersebut menghadirkan Akademisi Insitut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari Yusuf Busro, SPd, MPd sebagai pembicara.
Presidium Lisuma Sultra Jaswanto mengatakan, kebangkitan paham radikal merupakan salah satu hal yang perlu diwaspadai, sehingga harus ada benteng dari kalangan pemuda yang harus dipelopori oleh mahasiswa.
"Ini menjadi tantangan kita bersama, tidak hanya kalangan mahasiswa atau masyarakat, tetapi juga pemerintah harus mengintervensi untuk mendorong kegiatan peningkatan pemahaman dan pengamalan Pancasila kepada generasi muda sebagai filter dari semua pemikiran atau kebangkitan paham radikal yang mengatasnamakan agama," kata Jaswanto.
Dijelaskan, paham radikal tidak akan mudah bangkit dan masuk ke kampus, jika mahasiswa memiliki integritas, berkualitas dan tetap menjunjung nilai-nilai Pancasila dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari baik di lingkungan kampus maupun masyarakat.
Akademisi IAIN Kendari, Yusuf Busro mengatakan bahwa ideologi radikal saat ini sudah mulai nampak aktivitasnya di Sultra tetapi tidak frontal seperti di daerah lain di Indopnesia.
"Jika dilihat sepintas maka mahasiswa dan pemuda di Sultra saat ini sudah mulai terkontaminasi dengan pemikiran-pemikiran radikal yang mentasnamakan agama," katanya.
Menurutnya, tidak dapat dipungkiri paham ini bisa tumbuh berkembang sebagai bentuk kekecewaan masyarakat dalam melihat kondisi bangsa yang hari ini carut marut, dan karena tas desakan ekonomi.
Dijelaskan, untuk menangkal dan mengantisipasi bangkitnya paham radikal adalah dengan cara memahami dan mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari hari.
"Mahasiswa harus benar-benar memahami roh Pancasila, jangan dijadikan hanya sebuah ikon lambang negara. Pancasila bisa menjadi filter dari semua ideologi, paham dan pemikiran atau sekta-sekta pemikiran radikal," katanya.
Ia mencontohkan, dengan memahami Pancasila, maka diyakini bisa memfilter faham ISIS atau pun gerakan radikal yang bisa mengganggu nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
"Pancasila menjadi filter paham radikal karena merupakan bagian dari semua akumulasi pemikiran fundamen, dan nilai-nilai Pancasila berbicara tentang konteks ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerjasama, permusyawaratan dan keadilan," ujarnya.