Jakarta (Antara News) - Analis pasar uang Zulfirman Basir menilai bahwa eforia dari pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih Joko Widodo-Jusuf Kalla periode 2014-2019 mendorong nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar AS.
"Dari sisi fundamental, merebaknya eforia di awal masa jabatan Presiden-Wapres terpilih memberikan sentimen positif untuk rupiah," kata Zulfirman Basir yang juga Analis Monex Investindo Futures di Jakarta, Senin.
Apalagi, lanjut dia, situasi politik di dalam negeri yang dinilai akan cukup langgeng ke depannya setelah pertemuan antara Joko Widodo dengan Prabowo Subianto pada akhir pekan lalu, berhasil meredakan kekhawatiran investor atas resiko politik Indonesia.
Menurut dia, pelaku pasar meyakini, kondisi politik yang kondusif akan berdampak baik terhadap laju ekonomi Indonesia ke depannya, diharapkan pengembangan di sektor infrastruktur di dalam negeri sesuai dengan program yang telah dicanangkan sebelumnya.
Pada sesi Senin siang, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta bergerak menguat sebesar 84 poin menjadi Rp12.025 dibandingkan posisi sebelumnya Rp12.109 per dolar AS.
Selanjutnya, menurut Zulfirman Basir, susunan kabinet pemerintahan Joko Widodo-jusuf Kalla akan menjadi sentimen selanjutnya terhadap prospek ekonomi Indonesia mendatang. Sejauh ini, prospek Indonesia masih menawarkan pertumbuhan ekonomi.
Di sisi lain,dia menambahkan, beredarnya kabar mengenai bank sentral Tiongkok kepada perbankan diharapkan dapat turut menopang perekonomian negeri tirai bambu itu, dengan demikian maka indonesia yang merupakan salah satu mitra dagangnya dapat terimbas sentimen positif.
"Outlook mata uang rupiah cukup netral diperkirakan diperdagangkan di kisaran Rp11.985-Rp12.100 per dolar AS untuk Senin (20/10) ini," katanya.