Kendari (ANTARA) - PT Vale Indonesia Tbk menegaskan bahwa kualitas air di wilayah Towuti, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, tetap aman pascainsiden kebocoran pipa minyak yang terjadi pada Agustus 2025.
Hasil pengujian laboratorium menunjukkan seluruh parameter utama berada di bawah ambang batas baku mutu sesuai peraturan pemerintah.
Head of External Relations PT Vale Indonesia Tbk Endra Kusuma, Sabtu, mengatakan perusahaan terus menjalankan langkah-langkah pemulihan lingkungan secara terbuka, ilmiah, dan kolaboratif, dengan melibatkan lembaga independen serta pemerintah daerah.
“Kami memahami kekhawatiran publik terhadap kondisi lingkungan di Towuti. Karena itu, sejak awal kami melibatkan lembaga riset independen agar setiap langkah pemulihan memiliki dasar ilmiah yang kuat dan objektif, di mana proses dan hasilnya dapat diverifikasi bersama oleh lembaga pemerintah dan akademik,” ujar Endra di Towuti.
Sebagai bentuk transparansi, PT Vale bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Luwu Timur menggandeng tim ahli dari Disaster Risk Reduction Centre (DRRC) Universitas Indonesia untuk melakukan pengujian kualitas air secara berkala di area terdampak.
DRRC UI merupakan lembaga riset independen di bawah Universitas Indonesia yang berpengalaman dalam bidang manajemen risiko bencana, lingkungan, dan ketahanan komunitas. Lembaga ini juga menjadi mitra teknis berbagai kementerian dan badan dunia, termasuk BNPB, KLHK, dan UNDP.
Hasil uji sampel air pada 5 Oktober 2025 menunjukkan air di wilayah Towuti aman digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti pertanian, mencuci, dan konsumsi setelah diolah.
Selain pengujian air, tim DRRC UI juga menganalisis potensi sebaran aliran dan risiko lingkungan hingga radius sembilan kilometer dari lokasi pipa. Hasil sementara menunjukkan tidak ada indikasi penyebaran minyak menuju kawasan konservasi Danau Towuti, dan parameter hidrokarbon, TPH, serta logam berat berada dalam batas aman secara ekologis.
Sejak insiden pertama kali terdeteksi pada 23 Agustus 2025, PT Vale membentuk Tim Tanggap Darurat (Emergency Response Group/ERG) bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH), BPBD, dan masyarakat setempat. Lebih dari 150 petugas dan relawan dilibatkan untuk melakukan isolasi, pembersihan, serta pemulihan dengan metode ramah lingkungan.
Langkah penanggulangan yang dilakukan antara lain pemasangan oil boom, penyedotan minyak, pembersihan mekanis, penerapan bio-remediation, serta penyediaan 160 ribu liter air bersih per hari bagi warga terdampak selama masa tanggap darurat.
Hingga 22 Oktober 2025, PT Vale mencatat 11 titik lokasi penanganan telah tuntas dengan hasil air kembali jernih. Pengujian lanjutan dan pemantauan kualitas air serta tanah kini dilakukan oleh tim ahli agronomi dari IPB University.
Seorang warga Desa Lioka, Aroyos, mengatakan kondisi lingkungan di sekitar lokasi sudah membaik.
“Saya lewat jembatan di Titik 2, airnya sudah jernih sekali. Banyak warga juga sudah pakai untuk cuci dan kegiatan harian,” ujarnya.
Selain fokus pada pemulihan ekologi, PT Vale juga membuka Posko Grievance dan Konsultasi Publik di Towuti untuk menampung aspirasi dan pertanyaan masyarakat secara langsung. Mekanisme kompensasi disusun bersama Pemerintah Kabupaten Luwu Timur dan Forkopimda berdasarkan verifikasi lapangan yang dapat diaudit.
Perusahaan turut meluncurkan program pemulihan ekonomi komunitas melalui kegiatan padat karya dan pelatihan pertanian berkelanjutan guna memperkuat ekonomi warga terdampak.
“Seluruh upaya dan komitmen kami berfokus agar pemulihan ini tidak hanya menyembuhkan alam, tetapi juga memulihkan kehidupan masyarakat Towuti,” tambah Endra.
Sebagai wujud tata kelola lingkungan yang bertanggung jawab, PT Vale telah menyerahkan laporan pemantauan lingkungan kepada KLHK dan Kementerian ESDM, serta melibatkan laboratorium independen terakreditasi untuk seluruh uji air, sedimen, dan tanah.
Selain itu, perusahaan membuka akses audit dan kunjungan lapangan bagi lembaga masyarakat sipil dan media, serta melakukan koordinasi mingguan dengan Pemerintah Kabupaten Luwu Timur dan Forkopimda.
“Kami percaya pemulihan Towuti harus menjadi gerakan bersama. Dengan keterbukaan data dan semangat kolaborasi, kita bisa menjadikan Towuti contoh pemulihan yang kuat, bukan polemik yang melemahkan,” jelas Endra.

