Kendari (ANTARA) - Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sulawesi Tenggara memusnahkan sebanyak 4,6 kilogram narkoba jenis sabu dan ganja sebagai bentuk komitmen dalam mewujudkan wilayah Bumi Anoa bersih dari narkotika.
Pelaksana Harian Kepala BNNP Sultra Agustinus Widdy Harsono saat ditemui di Kendari, Rabu, mengatakan bahwa barang bukti sabu dan ganja itu merupakan hasil pengungkapan tiga kasus besar yang ditangani BNNP selama periode Juni hingga Oktober 2025.
Narkotika yang dimusnahkan terdiri atas 1,09 kilogram sabu dan 3,5 kilogram ganja.
"Pengungkapan ini dari tiga laporan yang diterima dan BNNP berhasil mengamankan empat orang tersangka yang berperan sebagai kurir," kata Agustinus.
Ia menjelaskan para pelaku yang diamankan adalah BT dengan barang bukti sabu 473,05 gram, MRA (28) dengan sabu 51,12 gram, serta tersangka MIA dan F dengan sabu 504 gram.
Sementara untuk pengungkapan narkotika jenis ganja, petugas BNNP Sultra hanya mengamankan barang bukti 3,5 kilogram saat penyelidikan di tempat kejadian perkara.
Ia mengklaim keberhasilan pengungkapan ini sangat signifikan dalam upaya mewujudkan wilayah Sultra bersih dari narkotika.
"Dengan pengungkapan kasus peredaran sabu dan ganja itu, BNNP Sultra berhasil menyelamatkan sekitar 18.408 orang yang berpotensi terdampak narkotika," jelasnya.
Agustinus menegaskan bahwa prestasi ini merupakan hasil kerja keras dan sinergi. "Keberhasilan pengungkapan kasus narkotika ini berkat kerja sama BNNP Sultra dengan instansi terkait dan bantuan masyarakat," tambahnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pemberantasan BNNP Sultra Komisaris Besar Polisi Alam Kusuma menambahkan empat pelaku yang diamankan berperan sebagai kurir yang diupah belasan juta untuk mengedarkan sabu.
"Sabu ini ada yang dibawa lewat bandara, kemudian ada pula lewat pelabuhan di Kolaka, dan di daerah Morosi Konawe," katanya.
Alam menjelaskan sabu yang diedarkan para pelaku berasal dari bandar di daerah Medan dan Jakarta untuk diedarkan di Kendari. Modus operandi yang digunakan pelaku bervariasi, mulai dari menyimpan di sepatu hingga menggunakan jasa kurir paket.
"Rata-rata motif mereka karena faktor ekonomi, ada yang diupah Rp5 juta sampai Rp25 juta," kata Alam.

