Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menekankan pentingnya menjaga toleransi yang ada di Indonesia, saat menghadiri acara Sidang Raya ke-18 Persatuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI), di Universitas Kristen Indonesia (UKI), Toraja Utara, Sulawesi Selatan, Rabu.
“Saya titip agar toleransi di Indonesia ini bisa tetap terjaga,” kata Gibran dalam tayangan langsung yang disaksikan melalui YouTube Wakil Presiden RI di Jakarta, Rabu.
Gibran menyampaikan harapannya agar keluarga besar PGI serta para peserta yang hadir di acara tersebut bisa bersinergi dengan visi-visi dan program pemerintah, terutama untuk mengatasi masalah intoleransi.
Pada kesempatan itu Wapres Gibran menampilkan kumpulan-kumpulan berita terkait intoleransi yang pernah terjadi di kampung halamannya di Solo, melalui layar yang disediakan dalam acara tersebut. Hal itu dilakukan untuk menyampaikan pesan bahwa intoleransi tidak boleh terjadi di Indonesia.
“Ini saya tampilkan sebentar yang ada di layar. Mungkin bapak-ibu tahu lah sebelumnya saya adalah Wali Kota Solo. Mungkin yang belum pernah ke Solo, mungkin pernah dengar juga kalau Solo itu (dulunya) kota yang agak kurang toleran, banyak sekali kejadian-kejadian seperti ini,” ujar Gibran merujuk pada berita-berita yang ditampilkan di layar.
Dia menceritakan bahwa di Solo setiap tahun dilakukan perayaan imlek, dan setiap tahun pemerintah juga memasang ornamen-ornamen imlek, seperti patung-patung dari semua shio.
“Tapi nggak tahu ya kenapa pada saat saya menjabat itu banyak sekali yang protes. Padahal wali kota-wali kota sebelumnya ndak ada yang protes. Jadi ini setiap hari isinya protes terus. Ini Solo disebut sebagai cabang Tiongkok, antek-antek China,” kata Gibran.
Wapres Gibran kemudian menunjukkan berita lainnya yang menurutnya cukup miris, di mana ada anak-anak sekolah yang menghancurkan makam-makam yang memiliki ornamen agama tertentu.
“Ini sekolahnya langsung saya tutup, dan guru beserta muridnya saya berikan pembekalan biar tidak keterusan,” kata Gibran.
Ada juga, kata Wapres, protes atas pemasangan pohon-pohon natal saat Natal.
“Tapi kalau tiap kali diprotes ya saya tidak mundur. Justru saya bilang ke panitianya, panitia imlek, panitia natal, tahun depan digedein saja,” kata Gibran.
Wapres bersyukur, dengan bantuan seluruh tokoh agama dan masyarakat, Solo bisa menjadi kota yang semakin toleran.
“Nah ini puncaknya, Solo waktu itu masuk sebagai kota toleran nomor 9, lalu tahun depannya naik lagi sebagai kota toleran nomor empat. Jadi ini kerja keras seluruh warga, dukungan dari seluruh agama, kiai, romo-romo, pendeta, semua gotong-royong, biar image solo tidak seram seperti dulu,” kata Wapres.
Wapres menekankan intinya dibutuhkan dialog yang damai serta dorongan-dorongan dan gotong-royong oleh semua tokoh agama dan tokoh muda agar hal-hal intoleran tidak terjadi lagi.
“Dan ini coba lihat ini, tadi fotonya adalah waktu saya membuat event ogoh-ogoh, festival Bali. Jadi setiap kali ada festival kebudayaan, agama, itu saya selalu mengajak anak saya, biar dari kecil tahu yang namanya toleransi itu seperti apa. Jadi dari kecil saya terapkan seperti itu biar dia tahu. Ya meskipun sepulang dari sini banyak yang mem-bully, ‘itu kok Gibran malah ikut festival ogoh-ogoh sama anaknya,” kata Wapres.
Wapres Gibran mengatakan banyak cibiran yang dideranya, namun ia tetap lurus ingin memfasilitasi acara-acara agama, kebudayaan untuk semua agama dan golongan.
“Jadi jangan hanya memprioritaskan salah satu saja,” jelasnya.
Pada kesempatan itu Gibran pun sempat meminta maaf karena hadir di acara itu terlambat, lantaran antusiasme warga yang ingin bertegur sapa di sepanjang perjalanan. Saat menuju ke acara tersebut, Gibran sempat turun dari kendaraan untuk menyalami dan membagikan susu serta buku kepada masyarakat.
Ia juga menyampaikan salam dari Presiden Prabowo Subianto kepada seluruh peserta yang hadir dalam acara itu. Presiden dan Wakil Presiden berharap acara PGI di Toraja bisa menghasilkan kesimpulan yang baik.