Kendari (ANTARA) - Staf Ahli Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) Bidang Pemerintahan, Hukum, dan Politik, Laode Fasikin secara resmi membuka kegiatan konferensi internasional perhimpunan Cagar Biosfer Asia Tenggara atau Southeast Asian Biosphere Reserves Network (SeaBRnet) ke-15 di Kabupaten Wakatobi.
Laode Fasikin saat ditemui di Wakatobi, Selasa, mengatakan kegiatan tersebut dilaksanakan untuk menjaga keanekaragaman hayati dan ketahanan sosial ekonomi di cagar biosfer yang mencerminkan juga komitmen bersama dalam menghadapi tantangan yang semakin kompleks.
"Saat ini konservasi alam tidak lagi menjadi tanggung jawab satu pihak, tetapi merupakan tugas bersama yang membutuhkan kerja sama dari berbagai sektor dan pihak yang terlibat," kata Fasikin.
Dia menyebut cagar biosfer memiliki nilai ekologis dan sosial yang sangat penting bagi semua dan keberadaannya bukan hanya sebagai warisan alam yang harus dijaga, tetapi sebagai sumber kehidupan bagi masyarakat sekitar.
"Oleh karena itu perlindungan dan pengelolaan yang berkelanjutan sangatlah vital untuk memastikan bahwa keanekaragaman hayati dan kesejahteraan masyarakat lokal tetap terjaga," ujarnya.
Fasikin menyampaikan pentingnya kerja sama lintas sektor dan lintas negara dalam upaya konservasi sangat dibutuhkan, bukan hanya pemerintah, organisasi non-pemerintah, sektor swasta, dan akademisi, akan tetapi seluruh masyarakat agar dapat mengambil peran yang sama dalam menjaga kelestarian alam.
"Kolaborasi ini juga harus melintasi batas-batas geografis, karena tantangan lingkungan tidak mengenal batas-batas negara. Kita hidup di dalam dunia yang saling terhubung, di mana perubahan yang terjadi di suatu wilayah dapat memiliki dampak yang signifikan di wilayah lainnya dengan membangun kerja sama yang kuat di antara negara di Asia Tenggara," ucapnya.
Ia juga mengungkapkan kegiatan tersebut memiliki urgensi yang sangat besar dalam konteks pelestarian lingkungan sebagai sebuah kegiatan yang mengumpulkan pemangku kepentingan dari berbagai negara. Pertemuan itu juga menjadi forum penting untuk membagi pengetahuan pengalaman dan praktik terbaik dalam upaya melestarikan lingkungan keanekaragaman hayati di kawasan Asia Tenggara.
"Keanekaragaman hayati di Asia Tenggara merupakan salah satu yang terkaya di dunia, namun juga sangat rentan terhadap berbagai ancaman, termasuk perubahan iklim, polusi, dan degradasi lingkungan lainnya. Oleh karena itu kolaborasi lintas negara dan lintas sektor menjadi sangat penting dalam menghadapi tantangan secara efektif," jelasnya.
Fasikin menjelaskan melalui pertemuan tersebut para peserta dapat membahas strategi dan langkah-langkah konkrit untuk melindungi dan memulihkan ekosistem yang rentan di wilayah cagar biosfer. Pertemuan tersebut juga menjadi ajang untuk membangun kesadaran dan komitmen bersama terhadap pelestarian lingkungan di tingkat regional maupun global.
"Dengan demikian pelaksanaan kegiatan ini tidak hanya penting untuk berkelanjutan di lingkungan wilayah Asia Tenggara tetapi juga untuk kegiatan manusia dan generasi di masa yang akan datang," ungkap Fasikin.
Ia menambahkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sultra mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada pihak UNESCO, Pemkab Wakatobi, dan From The People Of Japan, yang telah menginisiasi kegiatan tersebut.
Fasikin menegaskan pihaknya akan terus memberi dukungan kepada seluruh pihak yang melakukan upaya berkaitan dengan konservasi keanekaragaman dan ketahanan sosial ekonomi.
"Semoga kegiatan ini menghasilkan komitmen konkrit dan solusi, dan inovatif untuk menjaga biosfer yang ada di Wakatobi dan area konservasi lainnya di Asia Tenggara," tambahnya.