Kendari (ANTARA) - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Sulawesi Tenggara (Sultra) bersama Kanwil Kemenag Sultra dan Densus 88 memulai program moderasi beragama di sekolah-sekolah dengan menjadikan SMA Negeri 4 Kendari menjadi sekolah pertama untuk mengawali kegiatan itu.
Kadis Dikbud Sultra, Yusmin bersama Kepala Kanwil Kemenag Sultra, Muhammad Saleh dan perwakilan Densus 88 hadir langsung untuk memberi penguatan tentang tujuan program moderasi beragama di Kendari, Rabu.
Yusmin mengatakan, program ini sangat penting digalakkan di seluruh sekolah di Bumi Anoa. Tujuannya tak lain agar guru dan siswa terus menumbuhkan rasa toleransi antar umat beragama, sehingga dijauhkan dari sikap intoleran di lingkungan sekolah.
Dengan tumbuh kembangnya rasa toleransi antar sesama, siswa diharapkan terhindar dari hal-hal tercela, seperti intoleran, bullying atau perundungan, dan sikap radikal dengan kelompok tertentu.
"Kami berharap seluruh satuan pendidikan harus menjadi garda terdepan dalam rangka penguatan moderasi beragama, apalagi anak-anak kita, pelajar SMA, SMK dan SLB hampir dipastikan dalam satu sekolah itu berasal dari berbagai agama, suku dan ras yang berbeda beda," ujarnya.
Untuk itu, pentingnya menumbuhkan rasa persaudaraan, toleransi, saling menghormati antara sesama siswa dimana, walaupun kita berbeda tetapi kita tetap satu itulah Indonesia," kata Yusmin.
Yusmin mengatakan, kolaborasi antara Kanwil Kemenag dan Densus 88 dalam program moderasi beragama ini nantinya akan dilakukan di seluruh sekolah dengan mengunjungi langsung sekolah-sekolah yang ada.
Untuk sekolah yang berada di kabupaten dan kota, nantinya akan dikoordinasikan dengan Kantor Cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan Kanwil Kemenag di kabupaten kota masing-masing, katanya.
"Jadi tujuan kami hanya satu, yakni dengan terbangunnya moderasi beragama maka kita bisa menghindarkan anak-anak siswa kita di sekolah dari sikap intoleran, radikalisme, perundungan dan sikap tercela lainnya yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang mereka sebagai generasi penerus bangsa," ujarnya.
Untuk diketahui, Kantor Wilayah Kementerian Agama Sulawesi Tenggara bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sultra sebelumnya membangun kolaborasi menggaungkan penguatan moderasi beragama di lingkup SMA-SMK.
Kedua lembaga ini membentuk tim bersama yang diperkuat dengan Memorandum of Understunding (MoU) yang akan turun langsung ke sekolah umum melakukan sosialisasi tentang pentingnya moderasi beragama kepada siswa-siswa ataupun guru-guru di sekolah naungan Dikbud Sultra.
"Ssaya mengapresiasi atas dukungan dan kesediaan Kepala Dinas Dukbud Sultra Saudara Yusmin yang bisa menyambut baik rencana Kanwil Kemenag Sultra untuk berkolaborasi memberikan sosialisasi terkait program penguatan moderasi beragama bagi siswa siswi dan guru di sekolah di bawah naungan Dikbud Sultra,” kata Kakanwil Kemenag Sultra, Muhammad Saleh.
Saleh mengatakan, program penguatan moderasi beragama adalah program prioritas di lingkup Kemenag, dimana penguatan moderasi beragama ini sudah lama berjalan di Sultra secara masif, baik di kalangan siswa, guru, dan pejabat yang ada di lingkup Kemenag Sultra.
"Bahkan lintas agama, telah kita lakukan kegiatan bersama sebagai penggerak dan pelopor dalam rangka penguatan moderasi beragama di lingkup Kanwil Kemenag Sultra," katanya.
Untuk itu, kata Saleh, seiring dengan terbitnya Peraturan Presiden tentang program moderasi beragama yang bukan hanya tugas Kemenag, tetapi semua kementerian lembaga, maka ia berinisiatif untuk berkomunikasi dengan Dikbud Sultra untuk membangun kolaborasi bersama terkait hal ini.
Sebelumnya, Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Kendari, Liyu menyambut baik sekaligus mendukung kegiatan penguatan moderasi sebagai upaya memupuk rasa persatuan dan kesatuan bangsa dalam bingkai NKRI pada siswa-siswi di sekolah.
Dalam awal kegiatan moderasi, para siswa-siswa menyuarakan yel-yel, 'NKRI harga mati' dan berikrar untuk terus menumbuhkan rasa toleransi antar umat beragama, sehingga dijauhkan dari sikap intoleran di lingkungan sekolah.