Kendari (ANTARA) - Tim Manggala Agni daerah operasi wilayah Sultra meningkatkan pemantauan dan pengawasan di wilayah kepulauan selama musim kemarau.
"Meski demikian, wilayah daratan yang seringkali terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) juga menjadi perhatian khusus di puncak kemarau saat ini," kata Kepala Manggala Agni daerah operasi wilayah Sultra, Yanuar Fanca Kusuma, dalam pernyataan resmi yang diterima, Jumat.
Dikatakannya karhutla di Sultra pada tahun ini lebih banyak terpantau di daerah kepulauan, dan itu faktornya disebabkan pembukaan lahan oleh masyarakat.
"Saat ini ada pembelokan titik hotspot yang kemungkinan adalah kebakaran hutan dan lahan ada di daerah kepulauan, biasanya tiap tahun terjadi kebakaran pada beberapa kabupaten tertentu dan sekarang karena cuaca yang ekstrem pada beberapa bulan ini bergeser jumlah hotspot dan kebakaran," ungkapnya.
Sementara itu di wilayah daratan lanjut Yanuar, juga tidak lepas dari pantauan dan pengawasan Manggala Agni dari ancaman karhutla seperti wilayah Bombana yang setiap tahunnya selalu menjadi sasaran kebakaran serta area gambut wilayah di Kabupaten Kolaka Timur.
Di daratan sendiri daerah terluas terjadinya karhutla masih terjadi di Bombana, tetapi menjadi perhatian khusus kami di Kolaka Timur karena disana terdapat ekosistem gambut," jelas Yanuar Fanca,
Secara terpisah, Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Sultra, Aris Yunatas mengatakan berdasarkan prakiraan, puncak kemarau terjadi di bulan September hingga Oktober mendatang, sehingga masyarakat mewaspadai spot-spot yang berpotensi terjadi karhutla.
"Karena potensi karhutla sekarang potensinya cukup tinggi, dan kami setiap hari mengeluarkan informasi hotspot titik api sehingga ini menjadi kewaspadaan bagi masyarakat kita di Sultra," tegasnya.
Aris Yunatas juga mengingatkan masyarakat petani yang sedang bercocok tanam agar memilih tanaman yang tidak membutuhkan banyak air karena resapan air sangat tinggi selama satu bulan ke depan.