Kendari (ANTARA) - Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Sulawesi Tenggara mendorong guru madrasah di daerah itu memiliki pengetahuan yang utuh di samping literasi pendidikan dan lainnya, guna memperkuat mutu pendidikan di tengah peradaban berbasis digital saat ini.
"Pascapandemi COVID-19, akselerasinya lebih cepat dan dunia pendidikan dipaksa untuk melakukan adaptasi terhadap dunia digital. Internet sudah menguasai zaman, hampir tidak ada tempat untuk tidak menggunakan internet," ungkap Kepala Kanwil Kemenag Sultra Zainal Mustamin didampingi Kabid Pendidikan Madrasah Muhammad Saleh di Kendari, Rabu.
Ia mengatakan hal itu saat membuka kegiatan Penguatan Gerakkan Literasi Digital Bagi Guru PNS Madrasah Lingkup Kanwil Kemenag Sultra yang antara lain dihadiri sejumlah pejabat administratur dan pembimas lingkup Kanwil Kemenag Sultra, sedangkan kegiatan diikuti kepala madrasah dan guru PNS dari 17 kabupaten serta kota se-Sultra.
Ia mengajak para tenaga pendidik bertransformasi guna memasuki dunia digital dalam kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan data yang disajikan bersumber laporan International Communication, pengguna internet di dunia sudah tembus 5,3 miliar pengguna dari delapan miliar penduduk dunia. Indonesia di urutan keempat pengguna internet terbesar di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat.
Dari total 270 juta lebih penduduk Indonesia, pengguna internet 204 juta orang, berdasarkan data pada 2022. Pengguna telepon seluler berjumlah 370,1 juta orang, dalam arti lebih banyak jumlah ponsel yang digunakan daripada jumlah penduduk Indonesia.
"Jadi Indonesia memang negara pengguna 'smartphone' (telepon seluler) terbanyak di dunia, termasuk Sultra yang bisa dimanfaatkan untuk tujuan positif atau negatif. Dunia pendidikan juga seperti itu, penggunaan digitalisasi internet dan 'smartphone' itu bisa berdampak positif dan negatif," ujarnya.
Ia mengatakan dampak negatif penggunaan ponsel dapat berupa turbulensi atau guncangan informasi.
Kalau guncangan informasi tidak dikelola dengan baik, katanya, akan berbahaya karena memicu perkembangan hoaks.
"Yang bisa menangkal hoaks itu adalah orang yang memiliki literasi digital yang kuat. Sebab, hoaks itu tumbuh di kalangan masyarakat tidak memiliki literasi yang kuat. Literasi yang lemah itu, tidak hanya dialami oleh orang yang ada di luar dunia pendidikan, namun termasuk orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan," katanya.
Oleh karena itu, ujar dia, dunia madrasah harus cukup kuat untuk membentengi hal ini.
Ia mengatakan literasi digital harus berfungsi dengan baik, guna mempersiapkan anak-anak madrasah memiliki masa depan sesuai dengan kebutuhan zaman.
Ia menyebut zaman milenial sekarang ini dengan peradaban yang luar biasa.