Cianjur (ANTARA) - Pemkab Cianjur, Jawa Barat, mencatat jumlah korban meninggal dunia berdasarkan data yang sudah terkumpul dan dilengkapi dari 13 kecamatan yang terdampak gempa, kembali bertambah menjadi 602 orang berdasarkan nama dan alamat.
Bupati Cianjur, Herman Suherman di Cianjur Rabu mengatakan pemerintah daerah tidak asal mengeluarkan data korban meninggal namun berdasarkan nama dan alamat sesuai pendataan ulang yang telah dilakukan karena banyak korban meninggal tidak terdata karena berbagai alasan.
"Saya bawa data lengkap dari 13 kecamatan yang warganya meninggal dunia menjadi 602 orang, sesuai nama dan alamat. Data tersebut setelah saya minta pihak desa melalui RT/RW untuk melakukan pendataan ulang sesuai nama dan alamat korban," katanya.
Herman menyebutkan korban meninggal akibat gempa paling banyak di Kecamatan Cugenang, sebanyak 397 orang dan paling sedikit di Kecamatan Mande, Haurwangi, Sukaresmi, serta Cikalongkulon yang masing-masingnya hanya satu orang orang meninggal akibat gempa.
Sehingga pihaknya membantah kalau korban meninggal tidak berdasar karena sesuai dengan laporan dari masing-masing desa lengkap dengan surat kematian yang sudah diurus ahli waris.
Sebagian besar korban meninggal saat gempa terjadi akibat tertimpa bangunan rumah yang ambruk dan meninggal dalam perawatan.
"Pemkab sudah berkoordinasi dengan BNPB terkait penambahan data tersebut, sehingga adanya perbedaan data terakhir tidak perlu lagi diperdebatkan. Data korban meninggal juga sudah dilaporkan ke Kementerian Sosial agar keluarga yang ditinggalkan mendapat dana kerohiman," katanya.
Bahkan uang duka atau kerohiman yang disebut Herman, tahap satu sudah diserahkan pada 122 orang ahli waris dan 480 lainnya masih dalam proses.
"Kami akan terus mengupdate data korban meninggal karena gempa Cianjur, selanjutnya akan dilaporkan untuk mendapat bantuan," katanya.
Baca juga: Gempa Cianjur: Sebanyak dua jenazah dievakuasi dari dalam tanah setebal 7 meter
Tanpa batas waktu
Pemerintah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, memastikan pendataan rumah rusak akibat gempa 5.6 magnitudo, akan dilakukan tanpa batas waktu sampai seluruh rumah warga yang rusak di Cianjur menerima bantuan perbaikan dari pemerintah.
"Pendataan rumah rusak akibat gempa di Cianjur, tidak ada batas waktunya, saat ini baru gelombang satu, masih dua gelombang lagi, sehingga pendataan harus sampai tuntas, sampai warga terdampak menerima bantuan," kata Bupati Cianjur, Herman Suherman di Cianjur, Kamis.
Bupati Cianjur, meminta pihak desa ikut melakukan pendataan bangunan rusak yang belum terdata akibat gempa, agar warga korban gempa mendapatkan bantuan dari pemerintah sesuai dengan kerusakan selanjutnya surat pengajuan yang ditanda-tangani kepala desa diserahkan ke BNPB.
Pendataan ulang atau verifikasi ulang akan dilakukan tim khusus dari dinas terkait dan BPBD Cianjur, untuk menghindari kesalahan pendataan yang banyak dilaporkan penyintas gempa di sejumlah desa di Kecamatan Cugenang, Cianjur, Pacet dan Warungkondang.
Bupati Cianjur juga meminta warga berkoordinasi dengan Babinsa, Bhabinkamtibmas atau petugas TNI/Polri dan kepala desa untuk mengajukan rumah yang rusak segera didata sesuai dengan kerusakan dan dilaporkan ke BNPB.
Berdasarkan SK Bupati Cianjur No 360/KEP.391/BPBD/2022, pada tahap pertama tercatat ada 8.316 korban yang mendapatkan bantuan stimulan perbaikan rumah rusak akibat gempa, terdiri dari 3.809 rumah rusak ringan, 2.543 rumah rusak sedang, dan 1.964 rusak berat.
Sedangkan total sementara rumah yang rusak akibat gempa yang dikeluarkan Pemkab Cianjur Kamis, (15/12) sebanyak 56.548 dengan rincian rusak ringan 26.586, rusak sedang 16.059 dan rusak berat 13.633, hingga saat ini pendataan rumah yang rusak akibat gempa masih terus berjalan.
Baca juga: Gempa Cianjur, jenazah ibu dan anak ditemukan berpelukan
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pemkab Cianjur: Korban meninggal akibat gempa menjadi 602 orang