Jakarta (ANTARA) - Dian Sastrowardoyo digandeng oleh Dove untuk mengajak perempuan Indonesia percaya diri dengan rambutnya lewat lagu "Rambutku Mahkotaku".
Kampanye ini juga melibatkan komposer musik Eka Gustiwana yang membuat pesan positif dikemas dalam format lagu dan video musik yang mengajak perempuan untuk bangga dan tampil percaya diri dengan rambutnya.
“Senang bisa terlibat dalam karya ini karena isu-nya dekat dengan saya, di mana pernah dikomentari rambut lurus dianggap boring. Musik juga adalah medium yang kuat dan fun untuk menyampaikan pesan positif ini," kata Dian dikutip dari siaran resmi, Kamis.
Komposer Eka Gustiwana menyampaikan dia senang diberi kebebasan mengeksplorasi beberapa genre di setiap bagian lagu agar pesan tersampaikan dengan cara yang menarik.
"Saya memasukkan genre electro- disco dan nu-disco di bagian refrain, dengan harapan pesan kebebasan gaya rambut bisa tersampaikan dengan beat semangat. Di bagian verse, saya masukkan electro-pop yang memberikan ruang penyanyi untuk sampaikan uneg-uneg pengalaman ejekan rambut, namun tetap dengan nuansa yang positif.”
Perempuan inspiratif lain yang digandeng dalam kampanye ini adalah narablog wisata Marischka Prudence, aktris Poppy Sovia, naravlog kecantikan Agnez Oryza dan insinyur perkapalan Natya Bestari. Mereka punya cerita seputar rambut yang menginspirasi lagu tersebut.
Senior Brand Manager Dove Stella Tika Lestari mengatakan survei yang dilakukan Dove menyebutkan satu dari dua perempuan kerap mendapat komentar negatif pada rambutnya.
Selain itu, mereka kerap mendapatkan komentar negatif dan ejekan akan gaya atau penampilan rambutnya dari orang-orang terdekat yaitu keluarga atau sahabat.
"Melalui lagu ‘Rambutku Mahkotaku’, Dove berharap semakin banyak perempuan Indonesia bangga akan mahkotanya.”
Pengalaman mendapatkan ejekan rambut ternyata berdampak pada kepercayaan diri perempuan, bahkan bisa menghambat potensi diri. Sebanyak 88% perempuan merasa kehidupan sosialnya terganggu oleh standar kecantikan rambut, selain itu 75 persen perempuan kehilangan rasa percaya diri dan 60 persen perempuan tidak merasa percaya diri untuk keluar rumah.
Menanggapi survei tersebut, psikolog klinis Indah Sundari J, M.Psi., mengatakan, “Faktor budaya membuat masyarakat memiliki standar kecantikan tersendiri. Tak jarang hal ini diartikan sebagai tuntutan dan keharusan agar membuat perempuan merasa diterima di lingkungannya. Ketika perempuan tampil 'berbeda' termasuk gaya rambutnya dan merasa tidak diterima, akan berdampak pada kondisi psikologisnya. Ia akan merasa tidak percaya diri, bahkan mungkin merasa tidak berharga. Kondisi ini kemudian akan mengganggu kesehatan mental, menghambat potensi diri, dan membatasi pergaulan.”