Kendari (ANTARA) - Wali Kota Kendari Sulawesi Tenggara Sulkarnain Kadir mengajak masyarakat di daerahnya agar belajar dan membiasakan diri mengadaptasi budaya baru melakukan transaksi non-tunai atau secara digital.
"Kita harus persiapkan diri, harus mengantisipasi, harus mendahului perubahan zaman. Jangan sampai nanti kita ketinggalan, orang semua sudah bertransaksi non-tunai kita masih mencari uang tunai, masih senang pegang uang tunai," kata Sulkarnain di Kendari, Rabu.
Wali Kota menekankan hal itu di sela penandatangan nota kesepahaman bersama Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) dalam mendorong digitalisasi enam pasar tradisional menggunakan metode Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).
Menurutnya, transaksi non-tunai sebuah keniscayaan yang mungkin sekarang belum banyak yang terbiasa dengan aktivitas sistem pembayaran secara digital khususnya kaum kolonial, namun dia meyakini metode itu akan banyak memberikan manfaat.
"Kenapa transaksi non tunai penting buat kita? Yang pertama di era teknologi sekarang ini tentu jauh lebih aman karena kemana-mana sekarang bawa uang riskan, berisiko kalau kita bawa uang, kecopetan, ketinggalan, karena sekarang orang lebih perhatian ke HP daripada ke dompet," ujar Wali Kota.
Menurutnya, jika seseorang lupa membawa telepon pintar saat keluar rumah, maka orang tersebut diyakini akan pulang mengambil telepon pintarnya, tetapi jika yang dilupakan adalah dompet biasanya seseorang akan tetap jalan terus.
Dia mengungkapkan saat ini penting untuk membiasakan diri menggunakan transaksi secara elektronik.
"Yang kedua dengan transaksi elektronik ini lebih simpel lebih mudah kita tidak perlu lagi repot-repot," ucap Wali Kota.
Meski begitu, Wali Kota mengakui bahwa saat ini generasi milenial dan generasi Z telah terbiasa dengan transaksi secara digital, berbeda dengan usia di atas 40 tahunan.
"Tapi coba tanya anak-anak kita yang usia kuliah, SMA bahkan SMP mereka sekarang malah sudah tidak pegang uang tunai, karena saya merasakan anak saya kelas 6 SD itu kalau dikasih duit bertanya untuk apa tapi kalau ditransfer senang," ujar Wali Kota.
"Sekarang dia belanja online buka puasa tinggal lihat aplikasi kemudian melihat daftar menu yang tersedia di situ," tambah Sulkarnain.
Wali Kota mengakui bahwa memang masih banyak butuh penyesuaian dan sosialisasi agar masyarakat mau dan bersedia untuk bersama-sama membiasakan diri ke transaksi elektronik.
Deputi Kepala BI Sultra Aryo Wibowo T Prasetyo menyebut bahwa Kota Kendari sudah menjadi salah satu daerah yang masuk kategori pemda digital, sebab telah memiliki indeks 84 persen.
Namun menurut Aryo, kedepannya Pemerintah Kota Kendari masih memiliki tantangan yakni bagaimana melibatkan masyarakat secara luas.
Dia menyebut, saat ini Pemerintah Kota Kendari sudah menerapkan QRIS di sejumlah titik seperti retribusi PKL Kali Kadia, pembayaran PDAM dan retribusi masuk Tempat Wisata Nambo.
"Harapannya ini akan menular ke kabupaten lain karena akan ada program champion pemerintah digital tahun 2022 akhir, harapannya ada wakil dari Sulawesi Tenggara meraih champions tersebut," demikian Aryo.