Kendari (ANTARA) - DPRD Sulawesi Tenggara (Sultra) belum lama ini melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Bali dalam rangka untuk mengadopsi tata cara pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) terkait budidaya mangrove.
"Ketua Komisi III DPRD Sultra, Suwandi Andi di Kendari, Selasa mengatakan, dipilihnya Provinsi Bali sebagai kunjungan kerja kali ini karena daerah itu merupakan yang berhasil mengelola mangrove dengan baik di tanah air, bahkan terbaik di kawasan Asia," ujarnya.
Menurut Suwandi, Sulawesi Tenggara yang 65 persen wilayah berada di pesisir, maka tidak salah bila kita banyak belajar di Bali tentang tata cara mengelolah mangrove sebagai daerah percontohan pengelola hutan bakau terbaik saat ini.
Politisi Partai Amanat Nasional itu mengatakan, keberhasilan provinsi pulau dewata dalam mengolah mangrove karena didukung keterlibatan masyarakat setempat, yang dilandasi dengan aturan yang ketat yang dinamai aturan adat yang dijunjung tinggi.
"Kenapa kami melakukan kunjungan kerja ke Bali, karena secara geografis Sultra memiliki kawasan mangrove yang dikaitkan dengan pembukaan tambak oleh masyarakat secara tidak ramah lingkungan yang menyebabkan bakau secara perlahan akan rusak dan hilang," ujarnya.

Petugas Balai pengelola daerah aliran sungai dan hutang lindung Kendari saat melakukan penanaman mangrove di kawasan pantai di Muna.(Foto ANTARA)
Bakau sebagai tanaman yang dilindungi memiliki fungsi yang besar bagi kehidupan manusia. Artinya bila dikelola dengan baik sesuai fungsi dikelompokan menjadi tiga yaitu fungsi fisik, biologis, dan ekonomis.
Suandi mengatakan, potensi mangrove di Sultra cukup luas. Data Balai Pengelola Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Sampara Kendari menyebutkan luas tanaman dan pengembangan mangrove di Sultra sekitar 94.020,40 hektare (ha) yang tersebar di 16 kabupaten kota di Sultra.
Tumbuhan yang hidup di hutan ini memiliki sifat unik karena terdiri atas tumbuhan yang hidup di darat dan laut. Tanaman di area ini memiliki sistem perakaran yang menonjol yang dikenal dengan nama akar nafas atau pneumatofor. Sistem perakaran tersebut merupakan cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen. Ekosistem hutan mangrove memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan.

