Kendari (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mendorong para petani untuk mengembangkan tanaman perkebunan khususnya pala, sebagai salah satu produk rempah-rempah yang banyak dicari pasar nasional maupun internasional.
"Perhatian pemerintah Konkep untuk mendorong patani kembangkan pala, karena selain lahannya cukup luas, juga wilayah itu memiliki historis sejak jaman dulu dikenal sebagai salah satu daerah penghasil pala untuk wilayah Sultra," kata Sekda Konkep, Cecep Trisnajayadi di Kendari, Minggu.
Ia mengatakan, berdasrkan pemetaan wilayah untuk peembentukan cluster budidaya tanaman rempah di Indonesia, khusus di Sultra telah menjadi pilihan oleh pihak
kementerian Pertanian era Mentan Amran Suleman menetapkan Konawe Kepulauan sebagai sentra pengembangan tanaman pala.
Mantan Kadis Pertambangan Bombana itu mengatakan, meskipun produksi pala di wilayah eks pemekaran Kabupaten Konawe itu belum begitu besar, tetapi para pedagang pengumpul dari luar daerah biasanya langsung ke petani secara diam-diam membeli untuk kemudian di bahwa ke pulau Jawa melalu pelabuhan Kendari.
Selama ini, buah pala produksi petani khususnya di wilayah Kecamatan Wawonii, masih dijual dalam bentuk biji pala dengan kisaran angka Rp50.000 hingga Rp60.000 per kg. Sementara dalam bentuk fuli (daging pala) belum diolah karena membutuhkan teknologi untuk memisahkan selaput kulit luar dan isi pala itu sendiri.
Tanaman pala adalah salah satu tanaman perkebunan andalan di Kecamatan Wawonii yang kini menjadi ibukota Kabupaten Konawe Kepulauan setelah menjadi daerah Otonomi (DOB) baru 2013.
Selain pala, tanaman cengkeh dan kelapa dalam juga sejak puluhan tahun silam berasal dari wilayah itu, sehingga tidak salah jika Kementerian Pertanian menjadikan
kabupaten Konkep sebagai salah satu daerah di Indonesia sebagai sentra penghasil produk perkebunan untuk masa kini hingga masa yang akan datang.