Jakarta (ANTARA) - Juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19 Achmad Yurianto meminta agar masyarakat tidak membeli atau menyimpan obat klorokuin yang akan digunakan untuk membantu proses penyembuhan penyakit yang disebabkan virus corona baru itu.
"Pemerintah juga sudah mulai mendatangkan obat yang secara pengalaman digunakan oleh negara lain dan memberikan respons yang positif," kaya Yurianto dalam konferensi pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB, Jakarta, Sabtu.
Menurut Yurianto, salah satu jenis obat yang didatangkan itu klorokuin sudah dikenal masyarakat sebagai obat yang sering digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit malaria.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan itu menegaskan bahwa klorokuin dan avigan merupakan obat penyembuhan dan bukan pencegahan infeksi COVID-19.
"Oleh karena itu tidak perlu masyarakat kemudian menyimpan klorokuin, membeli klorokuin dan kemudian menyimpannya. Ingat klorokuin adalah obat keras yang hanya bisa dibeli menggunakan resep dokter," tegas Yurianto.
Oleh karena itu, kata dia, tidak boleh ada persepsi yang salah menganggap obat tersebut adalah jalan keluar untuk mencegah infeksi penyakit yang menyerang sistem pernapasan itu.
Dia meminta masyarakat tidak berbondong-bondong untuk membeli dan menyimpan obat itu di rumah, berpikir dapat membantu pencegahan COVID-19.
Sebelumnya, pemerintah mengatakan telah memesan 2 juta avigan setelah sebelumnya mendatangkan 5.000 butir. Untuk klorokuin pemerintah sudah menyiapkan 3 juta butir obat tersebut.
Total kasus positif COVID-19 di Indonesia per Sabtu (21/3) bertambah 81 kasus menjadi 450 kasus, dari 369 kasus sebelumnya pada Jumat (20/3). Angka kematian juga bertambah enam orang menjadi total 30 orang sementara yang berhasil sembuh bertambah empat orang menjadi 20 orang.