Kendari (ANTARA) - Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kendari memperketat pemeriksaan di lima bandara yang ada di Sulawesi Tenggara (Sultra) guna mengantisipasi masuknya virus corona di daerah itu.
Lima bandara tersebut adalah Bandara Haluoleo Kendari, Bandara Betoambari Baubau, Bandara Sangia Nibandera Kolaka, Bandara Matahora Wakatobi dan Bandara Sugimanuru Muna.
Plt kepala KKP Kendari, Adha F Ondu, saat dihubungi Jumat, mengatakan dari lima bandara itu pihaknya telah memasang satu alat pemindai suhu tubuh atau thermal scanner di Bandara Haluolo Kendari.
"Kami hanya memiliki satu alat thermal scanner, makanya kami prioritaskan di bandara induk. Tetapi pada empat bandara lainnya kami perketat pengawasan melalui petugas kami dengan berusaha mengenal secara fisik penumpang yang kemungkinan terpapar virus tersebut," katanya.
Baca juga: Cegah virus corona, Bandara Haluoleo pasang Thermal Scanner
Khusus di Bandara Haluoleo kata dia, setiap penumpang yang baru tiba harus melewati thermal scanner untuk mengetahui suhu tubuhnya, bila suhu tinggi di atas 38 derajat celcius maka petugas akan melakukan pemeriksaan lanjutan.
"Seseorang menjadi terduga terjangkit virus corona bila didapati gejala mayor, yaitu demam disertai flu serta ada riwayat pernah ke negara terjangkit virus tersebut," katanya.
Bandara Haluoleo selama ini dikenal sebagai pintu gerbang para TKA yang bekerja pada sektor tambang nikel Sultra, tepatnya di Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe (38 kilometer dari Kota Kendari).
Tujuan lainnya yakni tambang nikel Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, yang berbatasan langsung dengan Sulawesi Tenggara.
Sebenarnya kata Adha, setiap warga asing atau warga Indonesia yang telah bepergian di luar negeri dan masuk ke Indonesia, pasti telah melewati pemeriksaan thermal scanner di bandara internasional sebagai pintu masuk utama.
Tetapi kata dia, meskipun di Sultra tidak ada bandara internasional, tetapi tetap harus waspada karena masa inkubasi setiap virus pada seseorang berbeda beda.
"Bisa saja saat melewati bandara internasional belum terdeteksi karena belum sampai masa inkubasinya, tetapi saat berada di daerah lain di Indonesia maka sudah ada gejala virus tersebut pada seseorang karena batu ada gejala. Karena itulah harus tetap waspada," katanya.