Komisi Pemilihan Umum Sulawesi Tenggara sebagai penyelenggara pemilihan Gubernur Sultra periode 20l8-2023 telah menerimma pendaftaran tiga pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur pada awal Januari 2018.
Ketiga pasangan tersebut, yakni Asrun-Hugua yang diusung PAN, PDIP, Gerindra, Hanura, dan PKS (26 kursi dari 45 kursi DPRD Sultra), pasangan Ali Mazi-Lukman Abunawas yang dijagokan Partai Golkar dan Nasdem (10 kursi), dan pasangan Rusda Mahmud-L.M. Sjafei Kahar didukung Partai Demokrat, PPP, dan PKB (sembilan kursi).
Dilihat dari komposisi dukungan partai politik, pasangan Asrun-Hugua yang didukung lima partai politik besar (PAN, PDIP, Gerindra, Hanura, dan PKS) akan sangat mudah memenangi pertarungan Pemilihan Gubernur Sultra mendatang.
Kekuatan mesin politik PAN yang memiliki kader enam orang kepala daerah dan PDIP memiliki kader lima orang kepala daerah akan sangat mudah memuluskan jalan Asrun-Hugua merebut kursi Gubernur/Wakil Gubernur Sultra periode 2018-2023.
Kalau mesin politik PAN dan PDIP ditambah PKS, Gerindra, dan Hanura bekerja efektif mendulang suara pemilih di wilayah 11 kabupaten/kota, kata Dr Eka Suaib, pengamat politik dari Universitas Haluoleo (UHO) Kendari, Rabu, pasangan Asrun-Hugua hampir dipastikan menjadi pemenang Ppilgub Sultra.
Namun, dalam kontestasi pemilihan kepala daerah di sejumlah daerah, kekuatan mesin politik tidak selalu menjadi faktor utama yang menentukan kemenangan pasangan calon kepala daerah.
Faktor-faktor lain, seperti kekuatan figur, kekuatan tim sukses, kemampuan konsultan politik, dan kekuatan dana tidak boleh disepelekan dalam memenangkan pertarungan pemilihan kepala daerah.
Dalam setiap pilkada, disebutnya, pemenang selalu memiliki beberapa kekuatan itu, terutama kekuatan dana dalam membiayai pergerakan tim sukses.
Pendapat yang sama juga disampaikan Oheo Sinapoy, politikus Partai Golkar yang juga mantan Anggota DPR RI berasal dari Daerah Pemilihan Sultra.
Kekuatan figur dan kekuatan dana menjadi faktor penting dalam menentukan kemenangan pasangan calon kepala daerah untuk melakoni kontestasi pilkada.
Selama penyelenggaraan pilkada langsung oleh rakyat, belum ada sejarah pasangan calon kepala daerah yang memenangi pilkada tanpa uang.
"Pada setiap kontestasi pilkada, pemenang selalu pasangan calon yang memiliki dana besar," katanya.
Pertarungan figur
Baik Eka Suaib maupun Oheo Sinapoy menilai kontestasi Pemilihan Gubernur Sultra kali ini merupakan pertarungan figur para mantan kepala daerah (mantan gubernur, mantan bupati, dan mantan wali kota) di sejumlah kabupaten dan kota di Sultra.
Ali Mazi misalnya, pernah menjabat Gubernur Sultra satu periode, sedangkan pasangannya Lukman Abunawas mantan Bupati Konawe dua periode dan saat ini masih menjabat sebagai Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi Sultra.
Sementara itu, Asrun mantan Wali Kota Kendari dua periode, sedangkan Hugua yang menjadi pasangannya, mantan Bupati Wakatobi selama dua periode pula.
Demikian pula dengan Rusda Mahmud. Dia adalah mantan Bupati Kolaka Utara dua periode, sedangkan pasangannya, L.M. Sjafei Kahar, mantan Bupati Buton dua periode pula.
"Jadi, pertarungan dalam Pemilihan Gubernur Sultra kali ini benar-benar merupakan pertarungan para figur mantan kepala daerah yang sudah berpengalaman di bidang pemerintahan," kata Eka.
Pasangan calon kepala daerah siapa yang akan memenangkan pertarungan nanti, ujar Eka, berbagai kerja politik tim sukses dan rakyat sebagai pemilik hak suaralah yang akan menentukan.
Wakil Ketua DPRD Sultra Nursalam Lada mengemukakan siapa pun pasangan calon kepala daerah yang akan terpilih nanti, mereka harus mampu membawa Sultra menjadi lebih baik.
Alasannya, karena mereka sudah memiliki pengalaman dalam mengendalikan roda pemerintahan dan pembangunan kemasyarakatan di tingkat provinsi maupun kabupaten dan kota.
Munculkan Ide
Sejauh ini, di antara pasangan kandidat gubernur/wakil gubernur belum ada yang memunculkan ide atau gagasan baru dan segar sebagai prolog dari visi, misi, serta program yang ditawarkan kepada masyarakat pemilih.
Apakah gagasan itu masih digodok oleh mesin politik bersama tim sukses atau memang tidak ada sama sekali, hal itu menjadi pertanyaan penting.
Di beberapa baliho atau spanduk terbaca slogan yang sudah sangat umum terlihat pada berbagai kegiatan pilkada di mana pun.
Misalnya, "Dengan bukti bukan janji" sebagai slogan yang dibuat pasangan Ali Mazi-Lukman Abunawas, "Sultra cepat di tangan yang tepat" dari pasangan Rusda Mahmud-Sjafei Kahar, dan "Bersama Kita Membangun Sultra" dari pasangan Asrun-Hugua.
Anggota DPR RI asal Sultra, Umar Arsal, menyebut bahwa slogan yang dibuat ketiga kandidat kepala daerah sekarang ini masih sangat umum dan belum memberikan pencerahan kepada masyarakat pemilih.
Seyogyanya, ujar dia, setiap kali pemilihan kepala daerah dalam hal ini Pilgub Sultra, pemilihan bupati dan wali kota, dijadikan ajang pendidikan politik bagi rakyat.
Rakyat diberi wawasan, informasi, dan penajaman nalar agar makin cerdas memahami permasalahan di sekitarnya, termasuk berbagai proses politik serta penggunaan hak politiknya.
Selain itu, juga perlu diberi informasi tentang rekam jejak para kandidat saat mereka bekerja di tempat lain.
"Jadi, rakyat tidak digiring untuk membeli kucing dalam karung, sebab tidak ada jaminan kucing dalam karung itu bukan kucing," kata dia.
Dalam pandangan Umar Arsal, tiga pasangan kandidat yang akan bertarung dalam Pilgub Sultra kali ini, memiliki peluang yang sama untuk terpilih menjadi kepala daerah kalau dilihat dari ikatan emosional pemilih dan para calon gubernur/wakil gubernur.
Pasangan Asrun-Hugua misalnya, diprediksi akan mendulang suara di wilayah daratan, terutama di Kota Kendari, Konawe Selatan, Konawe, Wakatobi, dan sebagian wilayah Buton serta Muna.
Demikian pula dengan pasangan Ali Mazi-Lukman Abunawas diprediksi akan mendulang suara di wilayah Buton, Buton Selatan, Kota Baubau, dan Buton Tengah, termasuk Buton Utara dan Muna.
Sementara itu, pasangan Rusda Mahmud-Sjafei Kahar diperkirakan merebut suara di wilayah Kolaka Utara, Kolaka, Kolaka Timur, Bombana, dan sebagian di wilayah Buton, Buton Selatan, Baubau, Buton Tengah, serta Muna.