Kendari, Antara Sultra - Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, Agus Salim Safarullah mengatakan Festival "Kalandue" merupakan salah satu wujud kecintaan pada lingkungan dan upaya melestarikan kawasan pesisir di kota ini.
"Selain sebagai ajang silaturahmi, festival kalandue ini juga untuk melestarikan budaya lokal sekaligus menambahkan rasa kecintaan pada lingkungan pesisir Teluk Kendari yang kaya akan sumber daya hayati perairan salah satunya adalah kalandue yang merupakan sebutan lokal satu jenis kerang," kata Agu Salim usai pelaksanaan Festival Kalandue di Kendari, Senin.
Dikatakannya, kegiatan itu juga merupakan upaya memperkokoh semangat kekeluargaan dan kebersamaan serta kekompakan antara masyarakat Kota Kendari pada khususnya dan masyarakat Sultra pada umumnya.
"Yang terpenting kegiatan ini merupakan sarana hiburan masyarakat dalam rangka memeriahkan HUT186 Kota Kendari pada 2017," katanya.
Ia mengatakan yang melatarbelakangi penyelenggaraan festival tersebut adalah kecintaan warga pada Kota Kendari dengan segala potensi keanekaragaman sumber daya hayati yang dimiliki sekaligus menjadi daya tarik tersendiri untuk dikelola dan dikembangkan baik untuk wisata edukasi maupun peningkatan produksi hasil perikanan melalui komoditas kerang atau kalandue.
Kota Kendari kata Agus, memiliki wilayah pesisir teluk dan hutan mangrove, dan kerang kalandue ini dapat dengan mudah ditemukan di hamparan mangrove maupun di areal Tambak di kawasan teluk Kendari.
"Atas dasar itulah penyelenggaraan festival kalandue di kota Kendari dapat dilaksanakan dalam rangka menumbuhkan rasa kecintaan dan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan melestarikan lingkungan ekosistem dan sumber daya pesisir Kota Kendari, sekaligus sebagai ajang promosi guna memperkenalkan kepada dunia bahwa kerang kalandue sebagai salah satu keanekaragaman hayati perairan yang masih banyak terdapat di kawasan pesisir Teluk Kendari," katanya.
Kegiatan itu dihadiri langsung oleh Wali kota Kendari asrun dan beberapa pimpinan SKPD lingkup Kota Kendari serta diikuti sekitar 660 warga Kota Kendari sebagai peserta Festival.
Peserta diberikan waktu selama 1 jam untuk mencari sebanyak mungkin ke laundry atau kerang yang tersembunyi di dalam rumpun dengan menggunakan beberapa alat bantu seperti parang, pisau, sabit untuk menggores gores lumpur guna memastikan keberadaan hewan cangkang tersebut.