Bangkok, 13/10 (Antara/Reuters) - Raja Bhumibol Adulyadej sebagai penguasa terlama kerajaan di dunia, yang meninggal dengan tenang, Kamis, memiliki reputasi memulihkan pengaruh keluarga kerajaan Thailand selama 70 tahun bertahta dan mengabdi kepada rakyat.
Bagi sebagian besar dari 68 juta rakyat negara itu, Raja -yang menjadi pilar stabilitas perubahan dalam waktu cepat- menggalakkan industrialisasi selama memerintah, namun juga menyaksikan demokrasi parlementer diselingi 10 kudeta militer, yang paling baru pada Mei 2014.
Raja Bhumibol, yang naik tahta pada 9 Juni 1946, dipandang sebagai kekuatan pemersatu dan sejak lama memperhatikan ketegangan politik, yang memecah-belah Thailand pada dasawarsa lalu, memburuk setelah kematiannya.
Mungkin kurang patut kepemimpinan rezim hasil kudeta terakhir, Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha. Mantan jenderal itu memerintah dengan cengkeraman kuat kekuasaan sejak menggulingkan pemerintah demokratis Thailand terakhir pada 2014.
"Raja mangkat dengan tenang di Rumah Sakit Siriraj," kata pihak istana kerajaan dalam pernyataannya, Kamis, dengan menyebutkan bahwa Raja meninggal pada pukul 15.52 waktu setempat.
Thailand terpecah selama beberapa tahun antara kelompok kerajaan dan pendukung baju merah mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra yang mengasingkan diri setelah digulingkan melalui kudeta pada 2006.
Thaksin sebagai miliuner telekomunikasi yang saat ini mengasingkan diri membangun jaringan patronase kuat yang bertarung untuk kekuasaan dan jabatan orde moneter lama Thailand.
Kesehatan
Kesehatan Sang Raja memburuk beberapa kali dan menghabiskan waktu enam tahun di RS Siriraj, Bangkok. Raja Bhumibol kembali menyapa pada Mei 2015 dan terakhir terlihat di depan umum pada bulan Januari, ketika dia menghabiskan beberapa jam mengunjungi istananya di Bangkok.
Biro Rumah Tangga Kerajaan dalam pernyataannya, Kamis, tidak memberikan alasan kematian Sang Raja. Sang Raja dirawat karena infeksi pernafasan yang menyebabkan cairan yang mengelilingi otak dan paru-paru mengalami bengkak dalam beberapa bulan terakhir.
Dari semarak papan reklame di Bangkok hingga potret di kantor-kantor dan jutaan rumah warga di perdesaan, Thailand berhias gambar raja yang mencintai musik jaz tersebut.
Raja Bhumibol memimpin pembangunan konservatif yang masih sangat kuat selama 84 tahun setelah penghapusan monarki absolut.
Lahir pada 1927 di Cambridge, Massachussets, Amerika Serikat, tempat ayahnya, Pangeran Mahidol, belajar kedokteran, Raja Bhumibol menghabiskan masa mudanya di luar negeri. Pertama di AS dan kemudian di Swiss.
Dia menjadi raja pada 1946 setelah penembakan misterius kakaknya, Raja Ananda Mahidol berusia 20 tahun yang juga dikenal dengan Rama VIII. Raja Bhumibol kembali ke Thailand setelah empat tahun kemudian dimahkotai Raja Rama IX.
Raja Bhumibol yang pandai bermain saksofon merupakan wisatawan selebriti bagi modal asing selama beberapa tahun yang lalu saat bertahta bersama Ratu Sirikit, sepupu jauh yang dinikahinya pada 1950 beberapa saat sebelum dinobatkan.
Selama bertahun-tahun, dia dipersiapkan sebagai tokoh nasional melalui tugas sipil dan seremonial. Dia menjalani tugas kebhikkuan Buddha dan mengembangkan minat dalam lingkungan dan pembangunan perdesaan.
Politik
Meskipun secara resmi di atas jabatan politis, dia pertama kali mulai bebas membicarakan isu-isu politis pada 1960-an terkait latar belakang pemberontakan komunis.
Pada 1973, dia turun tangan secara pribadi setelah pertumpahan darah di Bangkok ketika mahasiswa berdemonstrasi menentang kekuasaan militer. Dia mencalonkan perdana menteri baru, menyebarkan ketegangan politik.
Meskipun kemudian mendukung para mahasiswa, sebagai konservatif sosial Raja Bhumibol khawatir tentang ancaman terhadap ketertiban umum melekat dalam setiap gerakan rakyat, dan tiga tahun kemudian dia campur tangan di pihak militer setelah kudeta berdarah lainnya.
Citra raja sebagai pembuat kebijakan gencatan senjata memuncak setelah kudeta berdarah pada 1992 antara pengunjuk rasa prodemokrasi dan militer. Dia memanggil tokoh protagonis, mantan jenderal yang memimpin unjuk rasa dan komandan angkatan darat yang berubah menjadi perdana menteri, bersama dua orang terhormat sebelumnya, memerintahkan mereka untuk berhenti.
Intervensinya menyebabkan runtuhnya pemerintahan militer.
Sering dipanggil sebagai "Por", istilah Thailand untuk ayah, banyak warga Thailand tampak meminta bimbingan moral dan melihat dia sebagai penengah yang netral selama bangsanya mengalami masa-masa suram.
"Kami berada di tengah," kata Sang Raja dalam dokumenter BBC pada 1979.
"Suatu hari akan sangat berguna untuk memiliki seseorang yang berimbang, karena jika Anda berada di suatu negara yang hanya memiliki kelompok atau partai politik yang akan memiliki kepentingan mereka sendiri, bagaimana dengan mereka yang tidak memiliki kekuasaan?" katanya.
Sang Raja menarik diri dari campur tangan politik aktif setelah peristiwa 1992 dalam mendukung pengaruh yang dipegang jaringan jenderal sepuh, hakim, dan birokrat dalam jajaran penasihat Dewan Privy yang membantu mengawasi sejumlah pandangan akademisi setelah berhasil membangun demokrasi, di mana militer tetap menonjol.
Militer menghindari intervensi langsuing dalam perpolitikan pada 1992 hingga kudeta terhadap Thaksin, seorang miliuner telekomunikasi terkenal yang oleh militer dianggap melakukan korupsi dan tidak setia terhadap kerajaan.
Monarki Thailand adalah salah satu yang terkaya di dunia, meskipun nilai aset dan kekayaan anggota keluarga kerajaan tidak pernah dipublikasikan.
Biro Properti Kerajaan yang mengelola aset-aset institusional kerajaan, membantu perusahaan-perusahaan terkemuka Thailand seperti Siam Commercial Bank dan Siam Cement Bank serta kepemilikan tanah luas yang diperkirakan nilainya mencapai puluhan miliar dolar AS.
Biro tersebut tidak terbuka mengungkapkan penghasilan keseluruhan, atau rinci di mana uang itu dibelanjakan. Kementerian Luar Negeri Thailand bersikeras menyatakan bahwa aset-aset biro tersebut bukan kekayaaan pribadi Sang Raja.
Meskipun monarki kaya, Raja Bhumibol adalah pendukung utama filsafat "ekonomi berkecukupan" - dikenal di Thailand sebagai "hanya ekonomi berkecukupan", atau ide moderasi dan kemandirian, yang menarik pada ajaran Buddha.
Dihormati
Raja dipandang sebagai titisan tuhan oleh banyak warga biasa Thailand sebagaimana citranya yang didukung oleh sistem pendidikan dan hukum Thailand.
"Raja harus bertahta di tempat ibadah yang dihormati dan tidak boleh dilanggar," demikian undang-undang di Thailand.
Thailand memiliki hukum pencemaran keluarga kerajaan (lese-majeste) yang memberlakukan hukuman penjara karena menghina kerajaan. Hukum telah diberlakukan secara ketat sebagai alat kontrol baru, mengurangi perbedaan politik, dan perbedaan pendapat melalui media sosial.
Prayuth sangat setia terhadap keluarga raja dan di bawah pemerintahannya tuntutan hukum meningkat dan vonis yang lebih berat atas penghinaan terhadap kerajaan.
Raja Bhumibol dalam pidatonya pada 2005 menyatakan bahwa dirinya terbuka terhadap kritikan dan mereka yang dipenjara karena menghinanya harus dibebaskan, namun tidak membendung meningkatnya jumlah kasus sejak tahun itu.
Thailand menghadapi masa depan suram. Sebagian besar warga Thailand hanya bisa hidup di bawah Bhumibol.
Penggantinya diperkirakan Putra Mahkota Maha Vajiralongkorn (63), yang mengambil bagian lebih menonjol dalam upacara kerajaan dan tampil di depan umum dalam beberapa tahun belakangan, namun tidak memerintah dengan tingkat pengabdian seperti ayahnya.