Kendari (Antara News) - Sejak usianya masih berumur tujuh tahun, anak yang masih duduk di kelas tiga sekolah dasar itu sudah menggemar permainan seperti olahraga bulu tangkis yang sering dimainkan sendirian.
Dalam bermain, ia kerap kali menggunakan papan kecil sebagai raket, buah rambutan sebagai bola dan dinding rumah tempat memantulkan buah rambutan.
Dialah Hendry Leander (10), si cilik peraih tiket super Audisi Djarum Besiswa Bulutangkis 2016 yang akan digelar di Kudus pada 31 Agustus-4 September 2016.
Ia memperoleh tiket super tersebut setelah lolos Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2016 kelompok anak-anak yang dilesenggarakan di Makassar, Sulawesi Selatan pada April 2016.
Di ajang kompetisi memperebutkan 14 tiket Audisi Beasiswa Djarum Kudus tersebut, Hendry bersaing dengan 586 pebulutangkis kelas anak-anak dari berbagai daerah di Indonesia
Di temui di tempat latihan persiapan menuju Audisi Djarum Kudus di gedung Bulutangkis Indo Jaya di Kendari, Sabtu (27/8), Hendry mengaku menyukai olahraga bulutangkis sejak usianya masih duduk di kelas tiga SD Khatolik Pelagi Kendari.
"Sejak duduk di kelas tiga SD, saya sudah main bulutangkis. Awalnya, saya bermain di tembok, menggunakan papan kecil sebagai pemukul dan buah rambuatan sebagai bola," katanya.
Hendry yang kini sudah duduk di kelas 6 SD itu, rutin bermain bulutangkis setiap hari, setelah Ignas, ayahnya membawanya ke Club Bulutangkis Indo Jaya Kendari.
Ditanya seputar persiapannya menuju Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2016 di Kudus, si sulung dari tiga bersaudara itu mengaku sejak tiga bulan terakhir sudah fokus latihan setiap hari.
"Sebelum persiapan, saya hanya latihan setiap hari Senin sampai Jumat, selama tiga sampai lima jam per hari," katanya.
Menjelang Audisi ini, ujarnya, latihannya ditambah dengan hari Sabtu dan Minggu atau setiap hari dengan jam latihan menjadi empat sampai enam jam per hari.
Hendry yang lahir di Kendari pada 27 Februari 2006 bertekad bisa menjadi yang terbaik pada kompetisi tersebut sehingga impiannya menjadi pebulutangkis nasional bisa terwujud.
"Saya tidak punya cita-cita lain, kecuali menjadi atlet bulutangkis nasional," ujarnya.
Diminta tanggapannya soal keberhasilan atlet bulutangkis Djarum pasangan Ahmad Tontowi-Liliyana Nasir yang meraih medali emas pada pesta olahraga Olimpiade, Hendry kagum kepada kedua pemain tersebut.
"Saya kagum dengan prestasi mereka dan saya berharap bisa seperti mereka minimal bisa menjadi atlet bulutangkis nasional," katanya.
Berbakat
Sementara itu Mardha, pelatih yang menggembleng Hendry di Club Indo Jaya Kendari, mengakui kalau Hendry merupakan atlet cilik berbakat di olahraga bulutangkis.
"Saya melatih Hendry mulai dari nol. Dalam waktu singkat, dia sudah memperlihatkan kemampuan bermain bulutangkis yang luar biasa," jelas Mardha saat ditemui Gedung Bulutangkis Indo Jaya, tempat Hendry digembleng pekan lalu.
Sejak awal mengikuti latihan bulutangkis di Indo Jaya, kata dia, Hendry yang saat itu masih berusia tujuh tahun, terlihat sangat gesit bermain di lapangan.
Ke manapun arah bola ditempatkan pelatih saat latihan atau menghadapi lawan tanding, ia sangat gesit berlari mengejar bola dari satu sudut ke sudut lain.
"Sebagai pelatih yang sudah banyak menangani atlet, saya melihat Hendry memiliki bakat yang luar biasa untuk menjadi pebulutangkis handal. Bila terus berlatih dan berlatih, impian Hendry jadi altet bulutangkis nasional bisa terwujud," katanya.
Buktinya ujar Mardha, pada setiap kejuaraan tingkat SD di Sulawesi Tenggara, Hendry selalu keluar sebagai juara satu.
Oleh karena prestasi tersebut, Hendry dipercaya mewakili Sultra pada ajang Olahraga Olimpiade Siswa Nasional (O2SN) 2015 yang diselenggarakan di Makassar, Sulawesi Selatan.
"Waktu O2SN di Makassar, Hendry jari tangannya kejepit pintu, sehingga tidak bisa bermain maksimal. Dia hanya satu kali menang dari tiga pertandingan," katanya.
Orang Tua mendukung
Baik Ignasius, ayah Hendri maupun Igas Sandra ibunya, sangat mendukung penuh cita-cita Hendry yang ingin menjadi atlet bulutangkis nasional.
Itu sebabnya, sang ayah langsung membawa Hendry ke Indo Jaya, salah satu club Bulutangkis di Kendari untuk menjalani latihan.
"Saat melihat Hendry suka memainkan permainan seperti bulu tangkis sendirian dengan menggunakan papan kecil sebagai raket, buah rambutan sebagai bola dan dinding rumah tempat memantulkan buah rambutan, saya segera mencarikan tempat latihan bulutangkis," kata Ignas melalui telepon dari Balikpapan, Minggu (28/8).
Ignas berada di Balikpapan setelah kurang lebih setahun ini pidah tugas di kota tersebut sebagai pegawai salah satu bank swasta.
Menurut Ignas, sejak Hendry ikut latihan di Club Bulutangkis Indo Jaya Kendari, Igas sang ibu sibuk mengantar Hendry ke tempat latihan setiap hari Senin hingga Jum`at.
"Kami orangtua, terutama ibunya benar-benar mendukung penuh keinginan Hendry untuk menjadi arlet bulutangkis nasional. Sejak Hendry duduk di kelas tiga SD, ibunya sudah tidak kenal lelah mengantar Hendry ke tempat latihan dan ke sekolah untuk belajar," jelas Ignas.
Sementara itu, Igas Sandra, ibunda Hendry yang dihubungi di Kendari mengakui kalau dirinya yang paling sibuk mempersiapkan Hendry menuju Audisi Djarum siswa Bulutangkis 2016 di Kudus.
"Pagi-pagi sebelum ke kantor, saya mengantar Hendry ke sekolah. Siang saya jemput di sekolah dan sore mengantarnya ke tempat latihan," kata Igas yang berkeja sebagai karyawan My Bank Kendari.
Meski sibuk mengikuti latihan bulutangkis, namun Hendry tidak pernah lalai dengan tugasnya untuk belajar di rumah.
Terbukti prestasinya di sekolah cukup menggembirakan meski tidak menjadi juara kelas. "Nilai rapornya berada di atas nilai rata-rata siswa di kelasnya," ujar Igas.
Menurut Igas, Hendry akan bertolak ke Kudus pada 31 Agustus setelah terlebih dahulu singgah di Balikpapan menemui ayahnya, Ignas, yang lagi bertugas di kota tersebut.
Dari Balikpapan, Hendry akan berangkat ke Kudus ditemani sang ayah melalui Bandara Juanda Surabaya dengan menumpang Pesawat Lion Air.