Jakarta, 21/5 (ANTARA) - Anggota Komisi IV DPR Habib Nabiel Almusawa berharap pembatasan impor hortikultura bisa segera berdampak pada kembali bergairahnya iklim usaha hortikultura lokal.
Menurut Nabiel di Jakarta, Senin, derasnya impor telah membuat hortikultura lokal, khususnya jeruk, tersingkir dari pasaran.
"Dahulu, kita bisa dengan mudah mendapatkan jeruk lokal seperti jeruk garut, jeruk medan dan jeruk pontianak. Namun belakangan ini, jeruk-jeruk tersebut sulit didapat di pasaran. Posisinya digantikan oleh jeruk impor berkualitas buruk. Jeruk-jeruk kita tidak lagi mejadi tuan rumah di negerinya sediri," ujarnya.
Tersingkirnya jeruk lokal itu, lanjutnya, karena kalah bersaing harga dengan jeruk impor. "Jeruk impor itu berkualitas buruk, di negerinya pun tidak laku dijual. Makanya daripada jadi sampah di sana lebih baik dikirim ke Indonesia, berapapun harganya," ujarnya.
Menurut dia, harga jeruk lokal tidak bisa lebih rendah dari jeruk impor berkualitas rendah tersebut karena tidak bisa menutupi biaya produksi. Karena harga jual tidak bisa menutupi biaya produksi, maka petani kurang bergairah lagi menanam dan memelihara jeruk lokal.
Sementara dengan telah keluarnya Permentan No.03/2012 tentang Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) dan Permendag No. 30/M-DAG/PER/5/2012 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura, dia berharap petani hortikultura kembali bergairah menanam dan mengelola lahan dengan baik.
"Ke depan hortikultura lokal harus kembali menguasai pasar dalam negeri, menjadi tuan rumah di negeri sendiri," tandasnya.
Ditegaskannya pula bahwa menjadi tuan rumah di negeri sendiri berarti produk hortikultura lokal diterima dan dicintai masyarakat Indonesia. "Untuk mewujudkan hal tersebut, Pemerintah harus membantu petani. Ini amanat undang-undang," ujarnya.(ANT).