Kendari (ANTARA News) - Pengamat Ekonomi Universitas Haluoleo (Unhalu) Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), DR Ir Azhar Bafadal,MSi menilai permasalahan mendasar dalam mengelola daerah saat ini adalah kesinambungan pembangunan yang tidak jelas.
"Banyak saksi bisu hasil pembangunan di Sultra tidak jelas peruntukannya, keberlanjutanya dan nasibnya pun tidak jelas," kata Bafadal dalam bukunya yang berjudul, "Hari Akan Berganti", kumpulan pemikiran analisis ekonomi di Kendari, Selasa.
Menurut Bafadal yang juga dosen Fakultas Pertanian itu, sedikitnya ada dua kawasan pembangunan yang sudah menelan puluhan bahkan mencapai ratusan miliar yang kini tidak tersentuh kelanjutan pembangunan.
Ke dua kawasan itu adalah pusat promosi informasi daerah (P2ID) dan kawasan eks MTQ nasional berserta tugu persatuan yang ada di dalamnya.
Dua contoh pembangunan di Kota Kendari itu, lanjut dia, memang hanya mewakili diantara sekian banyak pembangunan yang tidak jelas yang ada di Sulawesi Tenggara.
"Kenapa kedua proyek besar di atas perlu dikemukakan, karena pada saat tengah dicanangkan pembangunan mesjid di tengah Teluk Kendari dan jembatan yang menghubungkan Kota Lama dan Lapulu, maka kita hanya mengkhawatirkan kedua mega proyek itu juga nasibnya seperti P2ID dan MTQ," katanya.
Mantan Gubernur Sulawesi Tenggara, H Ali Mazi yang ditanya terkait pembangunan ekonomi selama 3-4 tahun terakhir mengakui bahwa perekonomian Sultra membaik, akan tetapi apa yang diperoleh masyarakat itu sudah dinikmati atau belum.
Ia mengakui bahwa Sultra selama beberapa tahun ini dikenal dengan kaya akan sumber daya alam baik itu nikel maupun emas, tapi semua itu belum menyentuh pembangunan dan dirasakan oleh masyarakat.
Ketika ditanya rencana pemerintah yang saat ini berkuasa untuk membangun jembatan di atas teluk yang menghubungan kota Lama dan Lapulu, Pelopor Nasional Demokrat (Nasdem) Sultra itu mengatakan sah-sah saja.
"Dengan catatan kota lama yang merupakan pemukiman dan pusat pertokoan itu tidak dimatikan, sebab bila kawasan itu ditiadakan untuk pembangunan jembatan maka sama saja menghilangkan sejarah daerah," katanya. (Ant).