Kendari (ANTARA News) - Para nelayan di Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) yang banyak membutuhkan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar untuk melaut, membeli BBM tersebut jauh di atas harga BBM bersubsidi antara Rp6.500 hingga Rp7.500 per liter.
Anggota DPRD Sultra, Nursalam Lada di Kendari, Senin mengatakan tingginya harga BBM jenis solar di kabupaten itu karena belum memiliki stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) khusus untuk nelayan.
"Akibat tidaknya adanya SPBU itu, nelayan Wakatobi tidak pernah menikmati BBM bersubsidi yang harganya Rp4.500 per liter itu. Mereka harus membeli BBM jenis solar jauh antara Rp6.500 hingga Rp7.500 per liter," kata anggota DPRD asal daerah pemilihan Kabupaten Wakatobi itu.
Menurut Nursalam, BBM jenis solar dijual dengan harga di atas harga BBM bersubsidi itu karena penjual mendatangkan BBM solar dari Kota Kendari atau Kota Baubau.
Kondisi itu membuat nelayan Wakatobi sering kesulitan memperoleh BBM jenis solar untuk kebutuhan melaut, karena kersediaan BBM tersebut sangat tergantung pada Kota Kendari atau Kota Baubau.
Menurut dia, jumlah penduduk Wakatobi saat ini sekitar 114.000 jiwa, sebanyak 75 persen diantaranya hidup sebagai nelayan.
"Pihak Pertamina yang mengatur regulasi BBM harus segera memikirkan pendirian SPBU khusus nelayan di Wakatobi, sehingga kebutuhan BBM nelayan setempat dapat terpenuhi secara normal dan para nelayan bisa memperoleh BBM bersubsidi," katanya.
Akibat kesulitan memperoleh BBM jenis solar tersebut menurut Nursalam, para nelayan Wakatobi tidak maksimal melaut.
Dampaknya tingkat pendapatan para nelayan juga tidak maksimal, sehingga tingkat kesejahteraan mereka masih jauh dari memadai.
"Wilayah perairan laut Wakatobi sangat kaya dengan berbagai jenis ikan maupun biota laut lainnya. Jika para nelayan memanfaatkan potensi laut tersebut secara maksimal, nelayan Wakatobi seharusnya bisa hidup sejahtera," katanya.
(Ant).