Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina (Persero) mendorong kolaborasi nasional dan internasional untuk menekan emisi metana di Indonesia, sebagai langkah strategis mendukung keberlanjutan lingkungan dan mewujudkan target pengurangan emisi gas rumah kaca.
Direktur Strategi Portofolio dan Pengembangan Usaha PT Pertamina Salyadi Dariah Saputra mengatakan pengurangan gas buang metana ini masuk dalam salah satu fokus keberlanjutan Pertamina, yaitu addressing climate change.
"Menyadari pentingnya kolaborasi dalam pencapaian ini, Pertamina telah bekerja sama dengan organisasi internasional utama, termasuk, JOGMEC (Japan Oil, Gas, and Metals Corporation), dan anggota Dewan Perminyakan ASEAN," kata Salyadi pada sesi panel COP29, di Baku, Azerbaijan, Kamis.
Dia menyampaikan, kolaborasi dengan USAID dan penyedia teknologi seperti Honeywell, juga telah meningkatkan upaya pemantauan dan pengurangan emisi metana.
Selain itu, Pertamina bekerja sama dengan Petronas dan PTTEP dalam Oil and Gas Methane Partnership 2.0 (OGMP2.0) serta Methane Leadership Program.
Studi bersama dengan JOGMEC di Lapangan Donggi Matindok dan JOB Tomori fokus pada kuantifikasi, pelaporan, serta pengurangan flaring secara presisi.
"Untuk mencapai hasil yang bermakna dan berkelanjutan, kami harus bekerja sama dengan pemerintah dan komunitas global," ujar Salyadi dalam keterangan di Jakarta.
Pertamina melakukan upaya strategis untuk mereduksi emisi salah satunya melalui pengurangan gas buang metana dari seluruh lini operasional perusahaan.
Dia menuturkan bahwa pihaknya bertekad untuk menjadi perusahaan energi terkemuka yang dikenal atas kepeduliannya terhadap lingkungan, tanggung jawab sosial, dan tata kelola yang kuat.
"Kami telah membuat langkah signifikan dalam pengelolaan emisi metana untuk selaras dengan tujuan keberlanjutan kami," ujar Salyadi
Upaya pengurangan gas metana ini dilakukan oleh Pertamina melalui surat dukungan (endorsement letter) terhadap Zero Routine Flaring Initiative (ZRF).
Pertamina telah berkomitmen untuk mencapai zero routine flaring pada tahun 2030, dengan target pengurangan emisi metana sebesar 40 persen dari baseline 2021.
Direktur Mitigasi Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia Yulia Suryanti menegaskan komitmen pemerintah Indonesia untuk mencapai target NDC yang ditingkatkan pada 2030.
Dia menyebutkan bahwa Indonesia telah menetapkan kebijakan harga karbon untuk mendukung target NDC, dengan sasaran pengurangan 21,89 persen pada 2030.
"Kami menyeimbangkan ketahanan ekonomi, sosial, dan ekologi dalam jalur pembangunan untuk menjaga keseimbangan antara keuntungan, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan,” katanya pula.
Di tempat yang sama, Deputi Asisten Sekretaris Bidang Manufaktur Departemen Perdagangan AS Heather Evans menekankan perlunya kolaborasi lintas negara, dengan komitmen AS dalam berbagi teknologi pengurangan emisi metana.
Heather mendorong penerapan teknologi pengurangan emisi sebagai praktik terbaik industri, bukan hanya sekadar persyaratan regulasi.
"Perusahaan-perusahaan AS menawarkan solusi inovatif untuk pemantauan emisi metana, dan kami siap mendukung mitra internasional dalam perjalanan pengurangan metana mereka,” kata Heather lagi.