Jakarta (ANTARA) - Balai Bahasa Indonesia-Australia Capital Territory (BBI-ACT) mengelar bedah novel Menolak Ayah karya sastrawan Ashadi Siregar pada Malam Sastra yang berlangsung di Canberra, Sabtu (2/11).
Malam Sastra merupakan program rutin BBI-ACT yang bertujuan memperkaya pengetahuan dan pemahaman budaya Indonesia bagi pengajar dan pelajar Bahasa Indonesia di Australia, terutama di Canberra dan didukung penuh KBRI Canberra.
"Memulai acara dengan makan bersama menciptakan suasana yang hangat dan memberi kesempatan bagi peserta untuk mengenal budaya melalui kenikmatan dan pemaknaan kuliner khas daerah," kata Presiden BBI-ACT Amrih Widodo seperti dikutip siaran pers KBRI Canberra yang diterima ANTARA di Jakarta, Senin.
Ashadi, yang hadir secara daring dari Indonesia, menjelaskan novel Menolak Ayah menggambarkan dua dunia yakni tentang perjalanan hidup anak Batak bernama Tondinihuta yang ditinggalkan ayahnya sejak kecil dan situasi politik Indonesia pada era 1950-an hingga 1965.
Dia menegaskan bahwa tema utama dalam novel-novelnya adalah perlawanan terhadap penindasan, seperti dalam Cintaku di Kampus Biru yang menggambarkan perjuangan mahasiswa melawan dosen.
Dalam novel Menolak Ayah, perlawanan tersebut juga merambah pada hegemoni Bahasa Indonesia yang makin terkontaminasi oleh bahasa Jawa yang mencerminkan budaya politik pada era tersebut, kata Siregar.
Sementara itu, Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra Mukhamad Najib mencatat bahwa sepanjang 2024 BBI-ACT sudah mengelar empat Malam Sastra dengan mengundang sastrawan Indonesia.
BBI memiliki cabang di lima negara bagian Australia dan rutin mengadakan berbagai macam kegiatan seperti workshop untuk meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru Bahasa Indonesia dan “Malam Ngobrol” untuk memfasilitasi kemampuan percakapan Bahasa Indonesia.
Novel Menolak Ayah yang diluncurkan pada 2018 itu telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris oleh Jennifer Lindsay dengan judul Rejection: A Sumatran Odyssey, dan diskusi novel kali ini juga menghadirkan pakar Sastra Jawa George Quinn.
Dalam ulasannya, George Quinn mengungkapkan bahwa novel Menolak Ayah tidak hanya membahas hubungan antara ayah dan anak, tetapi juga menyentuh hal besar seperti konsep kebangsaan Indonesia yang baru terbentuk.
Quinn juga menyebutkan novel tersebut merupakan salah satu karya pertama di Indonesia modern yang berupaya menjaga kemurnian Bahasa Indonesia dari pengaruh bahasa lain, khususnya Jawa.
Menurut Quinn, Bahasa Indonesia pada dasarnya tumbuh dari serapan bahasa-bahasa lain seperti Sanskerta, Arab, Belanda, hingga kini Inggris.
Novel Ashadi pun menjadi arena negosiasi politik bahasa, di mana percampuran budaya dan bahasa sering kali dipengaruhi oleh kekuasaan, katanya.