New York City, AS (ANTARA) - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dalam pidatonya di hadapan forum Summit of The Future pada Sidang ke-79 Majelis Umum PBB di New York, Amerika Serikat, Senin menyampaikan urgensi bagi reformasi tata kelola global agar mampu menyasar tantangan zaman
Menurut Retno, kondisi rivalitas geopolitik dunia saat ini yang dibarengi dengan suramnya pemulihan ekonomi, serta krisis iklim dan energi membuat masyarakat global harus bersama dalam kolaborasi.
“Sayangnya, kita melihat kebalikannya. Kepercayaan dalam multilateralisme terus memudar dan efektivitasnya juga perlu dipertanyakan,” kata Retno.
Oleh karena itulah, kini dunia memerlukan tatanan global yang inklusif, adaptif, dan efektif, yang salah satunya bisa dilakukan dengan melakukan reformasi di tubuh Dewan Keamanan PBB serta arsitektur keuangan internasional.
“Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Kita harus mendorong reformasi yang sesungguhnya. Reformasi yang mendengarkan suara negara-negara berkembang dan menyasar keluhan mereka,” ujar Retno.
Selain hal itu, Retno menyampaikan dua hal lain yang ia rangkum dalam “Solusi Multilateral untuk Masa Depan yang Lebih Baik” tersebut.
Kesatu, menciptakan perdamaian dunia secara nyata, yang dapat ditarik ke konteks saat ini di Palestina.
Menggaungkan seruan-seruan dunia saat ini, Retno menyebut bahwa “genosida yang dilakukan Israel harus segera dihentikan.”
Kedua, menjaga hak setiap bangsa untuk menjalankan pembangunan. Hal ini berarti pula siapa saja, termasuk Dunia Selatan (The Global South), mesti terbebas dari diskriminasi perdagangan dan jebakan utang. Jika tidak, akan ada mereka yang tertinggal.
Menutup pidatonya, Retno menegaskan bahwa isu-isu krusial tersebut tidak boleh menjadi angin lalu.
Ia menyerukan agar Summit of The Future menjadi momentum mengukir masa depan dunia yang berkelanjutan untuk semua orang.