Kendari (ANTARA) - Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), menghadirkan program pendidikan nonformal untuk menambah pembinaan bagi para Warga Pembinaan Pemasyarakatan (WBP) atau narapidana.
Kepala Lapas Kelas IIA Kendari Herman Mulawarman saat ditemui di Kendari, Kamis, mengatakan hadirnya pendidikan nonformal bagi para WBP itu merupakan tindak lanjut dari kerja sama dengan Satuan Pendidikan Nonformal Sanggar Kegiatan Belajar (SPN SKB) Kota Kendari.
"Program ini tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan, namun juga untuk memenuhi hak pendidikan yang dibutuhkan untuk hidup mandiri dan produktif setelah menjalani masa pidana," kata Herman Mulawarman.
Dia menyebutkan pendidikan nonformal merupakan bagian integral dari proses pembinaan WBP, sehingga hal tersebut bukan saja sekedar hak bagi WBP, tetapi juga menjadi kunci untuk mereka dapat mengubah hidup menjadi lebih baik lagi.
"Melalui program ini kami ingin memberikan harapan baru bagi para WBP agar mereka dapat kembali ke masyarakat sebagai individu yang lebih baik," ujarnya.
Herman Mulawarman mengungkapkan pelaksanaan program pendidikan nonformal di Lapas Kelas IIA Kendari dimulai dari program kesetaraan pendidikan formal (paket A, B, dan C), yang disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan dan minat yang berbeda-beda dari para WBP.
"Proses asesmen untuk menjaring para WBP yang akan mengikuti program ini sudah dilaksanakan sebelumnya oleh tim dari SPN SKB Kendari. Tentunya terlaksananya program pendidikan nonformal ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak," ungkapnya.
Herman Mulawarman menjelaskan kerja sama pendidikan nonformal di Lapas Kelas IIA Kendari telah membuktikan bahwa pendidikan dapat menjadi alat yang ampuh untuk mengubah hidup.
"Dengan dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak, program ini diharapkan dapat terus berkembang dan memberikan manfaat yang lebih luas bagi para WBP dan juga masyarakat luas," jelasnya.
Sementara itu Kepala SPN SKB Kota Kendari Abdullah Taewa menyampaikan mengajar di lapas adalah pengalaman yang sangat berharga dengan melihat semangat belajar yang tinggi dari para narapidana yang bukan lagi usia sekolah.
"Ini membuktikan bahwa mereka memiliki keinginan yang kuat untuk berubah," ucapnya.
Meskipun kerja sama dibangun dengan baik, kata dia, program pendidikan nonformal di lapas masih menghadapi beberapa tantangan, seperti keterbatasan sarana dan prasarana, kurangnya tenaga pengajar, serta motivasi belajar yang berbeda-beda dari para WBP.
"Untuk mengatasi tantangan tersebut, Lapas Kelas IIA Kendari terus berupaya menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, baik pemerintah, swasta, maupun yayasan. Selain itu dilakukan pula evaluasi secara berkala terhadap program yang berjalan untuk terus melakukan perbaikan," sebutnya,