Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Kurniasih Mufidayati meminta pemerintah agar memperkuat edukasi mengenai bahaya kandungan gula, garam, dan lemak (GGL) berlebih, terutama pada jajanan anak.
Menurut dia, dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa, edukasi itu bernilai penting untuk mengoptimalkan pencegahan penyakit gagal ginjal dan diabetes menyerang anak-anak.
"Pemerintah berkewajiban melindungi anak-anak kita dari dampak berbahaya penyakit yang kini menyerang usia muda. Jangan sampai upaya kita fokus melindungi balita dari stunting tapi kecolongan di usia atasnya karena penyakit seperti gagal ginjal dan diabetes anak mengancam," ujar dia.
Berikutnya, Kurniasih mendorong agar terdapat kewajiban pencantuman level kadar gula dalam makanan dan minuman kemasan oleh industri. Hal tersebut dia sampaikan guna menanggapi isu yang sempat viral di media sosial, yakni mengenai banyaknya anak yang menjadi pasien cuci darah rutin di rumah sakit.
Ia lalu menyebutkan angka kasus diabetes dan gagal ginjal anak memang terus mengalami tren kenaikan yang mengkhawatirkan. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kata dia melanjutkan, mengonfirmasi bahwa kasus diabetes anak meningkat 70 persen sejak 2010 hingga 2023.
Sebelumnya, dokter spesialis anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Eka Laksmi Hidayati telah mengklarifikasi bahwa banyaknya jumlah anak yang menjalani dialisis atau cuci darah untuk menangani gagal ginjal di sana karena RSCM menjadi rumah sakit rujukan yang menerima pasien bahkan dari luar Jawa.
Eka mengatakan saat ini terdapat sekitar 60 anak menjalani dialisis secara rutin, yang 30 anak di antaranya menjalani hemodialisis.
"Karena mereka juga melihat bahwa sudah ada rujukan yang bisa mereka kirim, kemudian jadi banyak yang juga mengirimkan. Itu yang menyebabkan berkumpulnya jadi banyak, dan itu juga membuat Kementerian Kesehatan merasa bahwa memang ini harus disebarkan pelayanan untuk ginjal anak ini, dan sedang dikerjakan hal tersebut," katanya.
Secara umum, lanjutnya, kasus penyakit ginjal pada anak tidak terlalu banyak ditemukan, sehingga dokter yang nefrologi anak juga tak banyak. Oleh karena itu, katanya, di tingkat provinsi, pasti ada layanan dialisis untuk dewasa, namun tidak bagi anak-anak.
"Pemerintah berkewajiban melindungi anak-anak kita dari dampak berbahaya penyakit yang kini menyerang usia muda. Jangan sampai upaya kita fokus melindungi balita dari stunting tapi kecolongan di usia atasnya karena penyakit seperti gagal ginjal dan diabetes anak mengancam," ujar dia.
Berikutnya, Kurniasih mendorong agar terdapat kewajiban pencantuman level kadar gula dalam makanan dan minuman kemasan oleh industri. Hal tersebut dia sampaikan guna menanggapi isu yang sempat viral di media sosial, yakni mengenai banyaknya anak yang menjadi pasien cuci darah rutin di rumah sakit.
Ia lalu menyebutkan angka kasus diabetes dan gagal ginjal anak memang terus mengalami tren kenaikan yang mengkhawatirkan. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kata dia melanjutkan, mengonfirmasi bahwa kasus diabetes anak meningkat 70 persen sejak 2010 hingga 2023.
Sebelumnya, dokter spesialis anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Eka Laksmi Hidayati telah mengklarifikasi bahwa banyaknya jumlah anak yang menjalani dialisis atau cuci darah untuk menangani gagal ginjal di sana karena RSCM menjadi rumah sakit rujukan yang menerima pasien bahkan dari luar Jawa.
Eka mengatakan saat ini terdapat sekitar 60 anak menjalani dialisis secara rutin, yang 30 anak di antaranya menjalani hemodialisis.
"Karena mereka juga melihat bahwa sudah ada rujukan yang bisa mereka kirim, kemudian jadi banyak yang juga mengirimkan. Itu yang menyebabkan berkumpulnya jadi banyak, dan itu juga membuat Kementerian Kesehatan merasa bahwa memang ini harus disebarkan pelayanan untuk ginjal anak ini, dan sedang dikerjakan hal tersebut," katanya.
Secara umum, lanjutnya, kasus penyakit ginjal pada anak tidak terlalu banyak ditemukan, sehingga dokter yang nefrologi anak juga tak banyak. Oleh karena itu, katanya, di tingkat provinsi, pasti ada layanan dialisis untuk dewasa, namun tidak bagi anak-anak.