Jakarta (ANTARA) -
"Setelah kejadian ini -banyaknya anak melakukan cuci darah-, baru semua terbuka, harusnya preventif dulu jangan sampai kejadian. Ini kejadiannya banyak anak, ini kan penerus kita bagaimana kita menuju Indonesia Emas 2045. Itu kan menghabisi generasi," katanya.
Dian berharap ke depannya pemerintah bersedia mendengarkan saran-saran mengenai pengetatan pengawasan obat dan makanan.
"Mudah-mudahan pemerintah mendengarkan suara-suara kita, suara masyarakat, keinginan masyarakat punya makanan sehat, obat bagus, jadi tidak jadi penyakit lagi," ujarnya.
Sebelumnya, Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung telah mengungkapkan pasien anak yang sedang menjalani cuci darah atau hemodialisis di rumah sakit tersebut bukan karena minuman manis.
Konsultan Nefrologi Anak RSHS Prof Dany Hilmanto menyampaikan bahwa pasien anak yang saat ini menjalani cuci darah telah memiliki riwayat penyakit gagal ginjal yang sudah lama ataupun memiliki kelainan bawaan.
“Karena memang penyebabnya cuci darah pada anak kebanyakan ada dua sebab, yaitu kelainan struktur dan adanya penyakit glomerulus pada ginjal,” katanya.
Dia mengatakan, hal itu juga sebagai respons mengenai banyak pasien anak-anak yang melakukan pengobatan cuci darah di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta yang saat ini viral di media sosial.
Dia menegaskan umumnya pada penyakit gagal ginjal karena faktor seringkali mengonsumsi makanan yang tidak sehat tidak langsung menimbulkan gejala pada penyakit tersebut.
“Bahwa dari tahun ke tahun penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh makanan tidak sehat itu melalui tahap yang panjang, dia harus melalui ke hipertensi dulu, diabetes melitus dulu, obesitas yang di mana semua itu merupakan risiko pada gagal ginjal,” katanya.