"Memang ini anomali cuaca, curah hujan yang sangat tinggi sesuai penjelasan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) ini bahkan sudah luar biasa," Kepala BPBD Kota Kendari Fadlil Suparman saat ditemui di Kendari, Jumat.
Fadlil Suparman mengatakan bahwa berdasarkan data BMKG, curah hujan pada saat terjadinya bencana banjir di Kota Kendari pada Rabu (6/3), curah hujan mencapai 170 milimeter, yang menandakan hujan sangat ekstrem
"Biasanya dalam satu bulan itu 200 milimeter hujan, sekarang ini malah dalam enam jam sudah 170 milimeter, ini dari sisi BMKG, artinya hitungan debit air terhadap yang turun pada saat kejadian banjir," ujarnya.
Selain curah hujan yang tinggi, lanjut Fadlil Suparman, kondisi perumahan di salah satu lokasi banjir, yakni di Jalan Lasolo, Kelurahan Sodohoa, Kecamatan Kendari Barat, yang begitu padat juga menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir yang cukup parah di wilayah itu.
"Di sisi lain memang kondisi perumahan di atasnya juga masih dalam kawasan hutan, tetapi kondisi hari ini mungkin karena aktivitas masyarakat. Juga memang makin padatnya perumahan dan penggunaan lahan barangkali," jelas Fadlil.
Dia juga menyampaikan bahwa penyebab lain yang mengakibatkan banjir di wilayah Kelurahan Sodhoa itu oleh drainase yang tidak cukup untuk menampung debit air saat hujan deras melanda Kota Kendari.
Saat ini, katanya, BPBD Kota Kendari belum merinci total bangunan dan rumah rusak akibat banjir. Namun, pihaknya tengah melakukan pendataan termasuk korban jiwa yang ditimbulkan.
“Korban jiwa tidak ada, kami juga melakukan pendataan saat ini,” tambahnya.