Kendari (ANTARA) - Dinas Tanaman Pagan dan Peternakan atau Distanak Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) intens melakukan pemantauan untuk mencegah penularan rabies terhadap hewan liar di wilayah Bumi Anoa.
Kepala Distanak Sultra La Ode Rusdin Jaya di Kendari, Senin, mengatakan, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan pihak Balai Kesehatan Hewan di Surabaya terkait dengan vaksin rabies. Namun, vaksin rabies untuk di Indonesia diprioritaskan terlebih dahulu wilayah Bali.
"Kemarin kami sudah ke Surabaya di Balai Kesehatan Hewan, kami koordinasi terkait dengan vaksin rabies. Nah stok vaksin rabies ini secara nasional diprioritaskan itu Bali," kata Rusdin.
Sebab, lanjut Rusdin, menurut Wolrd Health Organization (WHO) bahwa potensi rabies untuk di wilayah Indonesia itu terdapat di wilayah Bali. Setelah stok vaksin di Bali terpenuhi, baru akan disebar lagi ke seluruh daerah di Indonesia.
"Jadi, seluruh stok vaksin yang ada itu didrop semua untuk Provinsi Bali, setelah Provinsi Bali terpenuhi maka akan didrop ke provinsi lain, begitu juga untuk di Sultra," ujar Rusdin.
Dia mengungkapkan bahwa untuk di wilayah Sultra sendiri, pihaknya telah mengarahkan dokter-dokter hewan untuk terus melakukan pemantauan gejala rabies terhadap hewan-hewan liar yang berkeliaran untuk mencegah rabies di wilayah Bumi Anoa.
"Untuk memastikan bahwa rabies ini tidak ada di wilayah kita di Sulawesi Tenggara. Kita monitoring terus, kita pantau, mengedukasi masyarakat untuk sebisa mungkin menghindari hewan-hewan liar yang ada di sekitar kita," katanya.
Kepala Distanak Sultra itu juga menyebutkan bahwa hingga saat ini belum ada kasus rabies yang dilaporkan oleh masyarakat ataupun pihak Distanak Sultra.
"Sampai hari ini kami belum menemukan kasus rabies di Sulawesi Tenggara," sebut Rusdin.
Dia juga berharap agar masyarakat terus melaporkan jika menemukan hewan-hewan liar yang mencurigakan dan diperkirakan tertular rabies.