Kendari (ANTARA) - Pemerintah Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara membentuk posko tanggap darurat bencana usai daerah tersebut dilanda bencana hidrometeorologi berupa hujan deras disertai angin kencang pada Minggu (5/3) sore.
Penjabat Wali Kota Kendari Asmawa Tosepu di Kendari, Selasa mengatakan pihaknya membentuk posko tanggap bencana merupakan hasil dari rapat koordinasi yang dilakukan bersama seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) terkait, forkopimda dan instansi vertikal yakni BMKG dan Basarnas menyikapi terjadinya bencana hidrometeorologi beberapa waktu lalu.
"Posko komando tanggap darurat bencana beranggotakan seluruh unsur elemen yang ada di Kota Kendari baik TNI-Polri, OPD, Basarnas termasuk aparat pemerintah yang ada di tingkat kecamatan," katanya usai menggelar apel tanggap darurat bencana.
Menurut Asmawa, tanggap darurat merupakan serangkaian kegiatan yang pasti mendesak dan harus segera dilakukan untuk menghindari dampak yang lebih besar dari bencana hidrometeorologi.
Lebih lanjut Asmawa mengatakan bahwa yang menjadi prioritas yang dilakukan jajaran Pemerintah Kota Kendari yakni pemulihan fasilitas layanan publik dan fasilitas-fasilitas yang berhubungan dengan aktivitas masyarakat termasuk membuka akses jalan yang sempat terhambat karena banyaknya pohon tumbang.
"Ini (posko tanggap bencana) jumlahnya kurang lebih 433 personel dan dibagi ke dalam tujuh tim yang nanti masing-masing tim akan melakukan penanganan pasca bencana di wilayah masing-masing," ujar dia.
Dia merinci titik wilayah kerja posko tanggap bencana yang dibentuk Pemerintah Kota Kendari yakni di Poros Mandonga-Puuwatu; Poros Mandonga-Kota Lama; Poros Kemaraya-Saranani; Poros Mandonga-Wuawua; Poros Mandonga-Anduonohu; Poros Wuawua-Baypass; dan Poros Wuawua-Baruga.
Meski begitu, Asmawa yang juga sebagai Kepala Biro Umum Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Republik Indonesia (RI) ini berharap tidak ada perpanjangan masa tanggapan darurat.
"Mudah-mudahan tidak ada perpanjangan tanggap darurat hanya sampai tanggal 12 Maret 2023. Tetapi manakala dipandang perlu dan dirasakan masih perlu diperpanjang maka akan dilakukan perpanjangan," ucap Asmawa.
Asmawa menyebut, sebelumnya akibat bencana hidrometorologi yang terjadi pada Minggu (5/3) sekitar pukul 17.00 WITA, salah satu warga di daerah tersebut meninggal dunia akibat tertimpa pohon jambu mete di wilayah Watulondo, Kecamatan Puuwatu.
Selain itu, akibat bencana tersebut sejumlah rumah warga termasuk bangunan fasilitas umum dan swasta rusak akibat diterjang angin kencang.
"Oleh karena itu, pemerintah kota langsung melakukan upaya percepatan penanganan dampak bencana, mulai pendataan identifikasi dan asesmen atas dampak dari bencana. Ditindaklanjuti penyerahan bantuan kepada korban yang terdampak khususnya bantuan sandang dan pangan termasuk memberi santunan duka kepada korban meninggal, kita serahkan kepada keluarganya kemarin," ucap Asmawa.
Dia mengimbau kepada seluruh masyarakat di daerahnya agar selalu waspada dan berhati-hati ketika melakukan aktivitas di luar rumah karena berdasarkan keterangan resmi BMKG setempat bahwa potensi cuaca ekstrem dapat terjadi tujuh hari ke depan.
"Kepada seluruh masyarakat Kota Kendari untuk senantiasa waspada, berhati-hati karena edaran dari BMKG, bencana hidrometeorologi ini masih terus berlanjut artinya sampai beberapa hari ke depan sehingga kita masih harus waspada lagi, mawas diri terutama ketika melakukan aktivitas di luar rumah," kata Asmawa Tosepu.