Kendari (ANTARA) - Usaha kerajinan anyaman 'balase' yang bahan bakunya dari daun agel oleh masyarakat di Kabupaten Buton dan Buton Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) perlu perhatian dan dilestarikan sebagai usaha masyarakat setempat yang turun temurun.
Salah seorang penggerak anyaman balase di Baubau, Yunan melalui pesan WhatsApp yang diterima, Kamis mengatakan, para pengrajin anyaman balase perlu mendapat perhatian secara berkesinambungan, terutama dalam bentuk pelatihan sehingga produk yang dihasilkan itu bisa lebih bagus dan variatif dengan harga pasar yang lebih baik.
"Para pengrajin yang telah kami bina selama ini, umumnya dari kelompok ibu-ibu usia tua. Harapan kami adalah pemerintah segera hadir untuk memberi motivasi para generasi muda untuk bisa menjadi regenerasi pengrajin anyaman balase yang hasilnya lebih baik dan jumlah besar," ujaranya.
Produk dan harga pasaran anyaman balase, masih pada kisaran Rp10.000 hingga Rp15.000 berdasarkan ukuran, sementara rata-rata yang dihasilkan dari kaum ibu-ibu antara 3-5 buah tas per hari.
Ia mengatakan, pengrajin anyaman yang ramah lingkungan oleh masyarakat datang ke Buton dan Buton Selatan telah menjadikan sebagai ole-ole khas daerah (sovenir), yang dijadikan wadah menarik pengganti kantong plastik.
Penggunaan tas balase sangatlah menunjang aktifitas sehari-hari sebagai sebagai wadah pengganti kantong plastik, salah satu upaya mengurangi sampah plastik yang kian memprihatinkan di lingkungan masyarakat.
Yunas mengharapkan, pemerintah harus memberikan akses kemudahan pemasaran sebagai salah satu wadah khas daerah di wilayah kepulauan Buton. Dengan demikian hasil produknya pun tidak harus monoton namun variatif sesuai permintaan pasar sehingga bisa dipasarkan secara nasional maupun internasional.
Sementara itu, mantan anggota DPRD Sultra yang juga masyarakat Buton, Yaudu Salam Ajo mengatakan, pemerintah daerah harus hadir untuk mendorong tumbuhkembangnya usaha daerah dalam memacu perekonomian masyarakat akibat dampak COVID-19.
"Yang pasti bahwa masyarakat saat ini sangat butuh bantuan, bukan hanya dalam bantuan kebutuhan pangan harian, tetapi juga pelatihan dan keterampilan dalam usaha yang digelutinya," turturnya.