Kendari (ANTARA) - Hasil Perkebunan kopra yang dihasilkan sejumlah petani di berbagai daerah kabupaten dan kota di Sulawesi Tenggara (Sultra) pangsa pasarnya masih didominasi ke Surabaya, Jawa Timur.
Kadis Perindustrian dan Perdagangan Sultra, Hj Siti Saleha di Kendari, Senin mengatakan, selama 2018, perdagangan kopra Sultra yang dikirim ke luar daerah (Surabaya dan Makassar) mencapai 2.252,5 kontainer dan di tahun 2019 dan 2020 sedikit mengalami penurunan.
"Jumlah ini merupakan jumlah tertinggi dibanding komoditas unggulan Sultra lainnya yang diperdagangkan ke luar daerah seperti biji kakao, jagung, cengkih, lada, kacang mete, kemiri, dan jahe," ujaranya.
Menurut mantan Pj Bupati Bombana 2016 itu Sulawesi Tenggara memiliki hamparan perkebunan kelapa yang cukup luas, menjadikan Sultra daerah penghasil kopra yang cukup besar. Tercatat perkebunan kelapa di Sultra seluas 62.706 Hektare.
Di tahun 2021 ini, kopra tampaknya masih akan menjadi komoditas unggulan yang diperdagangkan ke luar provinsi dengan jumlah yang cukup besar. Hampir setiap bulannya puluhan ton kopra dilalulintaskan.
Seperti di awal Oktober 2020, ada 50 ton kopra dikirim ke Surabaya melalui pelabuhan New Port Kendari. Sebelum dilakukan pemuatan, petugas Karantina Pertanian Kendari lakukan pemeriksaan untuk memastikan kopra tersebut bebas dari Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK).
Salah seorang pengusaha pengumpul kopra di Konawe Selatan, Junaidi mengatakan, harga kopra di tingkat petani saat ini bermacam-macam mulai dari Rp10.000 untuk kopra asap/panggang dan Rp13.500 per kilogram untuk kopra putih melalui pengeringan matahari.
"Jika melihat jumlah perdagangan kopra Sultra ini cukuplah besar. Sangat memungkinkan ke depan kopra Sultra tidak hanya diperdagangkan secara lokal (ke Surabaya), tetapi juga bisa diekspor langsung ke negara tujuan. Apalagi Kota Kendari memiliki Kendari New Port Bungkutoko sebagai pelabuhan yang representatif," ujaranya.