Jakarta (ANTARA) - Dokter penyakit jantung dari Rumah Sakit Siloam Kebon Jeruk dr Leonardo Paskah Suciadi SpJP FIHA mengatakan harapan hidup pasien gagal jantung lebih kecil dibandingkan penderita kanker.
“Harapan hidup pasien penyakit gagal jantung itu sangat minim dibandingkan penderita kanker. Hanya jenis kanker seperti kanker paru-paru, indung telur atau ovarium dan pankreas yang angka kematiannya lebih tinggi dibandingkan gagal jantung,” ujar Paskah dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin.
Dia menambahkan kanker jenis lainnya, angka kematiannya lebih rendah dibandingkan gagal jantung terutama yang sudah stadium lanjut.
Gagal jantung merupakan komplikasi dari penyakit jantung. Baik itu penyakit jantung koroner dan katub. Perjalanan penyakit jantung seperti penyakit kanker, namun tidak diketahui masyarakat awam.
“Padahal jumlah kasus gagal jantung sangat banyak. Berdasarkan publikasi karya internasional, prevalensi penyakit gagal jantung di Indonesia mencapai empat hingga lima persen,” kata dia.
Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah itu menambahkan sekitar dua persen penduduk usia di bawah 60 tahun memiliki peluang menderita gagal jantung dengan segala penyebabnya.
Angka tersebut melonjak di atas 10 persen di atas 70 tahun. Bahkan penelitian yang dilakukan oleh RS Siloam Kebon Jeruk menunjukkan sejak 2020, sepertiga pasien gagal jantung berusia di atas 75 tahun.
“Sebagian besar pasien yang dirawat memiliki riwayat obesitas atau kegemukan. Jadi ada keterkaitan antara obesitas dan gagal jantung.”
Permasalahan utama di Indonesia, adalah belum memiliki terapi utama gagal jantung. Meskipun obat-obatan sudah sangat banyak tetapi terapi utama gagal jantung adalah transplantasi jantung. Kini sedikit bergeser ke mesin pompa yang ditanamkan ke dalam jantung sebagai satu-satunya opsi menangani kasus gagal jantung lanjut. Singapura sudah melakukan transplantasi jantung sejak 1990-an.
Oleh karena itu, pihaknya menyiapkan pelayanan baru yakni klinik gagal jantung untuk membantu para pasien jantung.***3***