Kendari (ANTARA) - Pandemi Coronavirus Disease atau COVID-19 telah memporak-porandakan seluruh sektor kehidupan manusia di seluruh belahan dunia. Tamu tak diundang bernama Virus Corona ini masuk Indonesia sekitar Februari tahun 2020.
Awalnya sejumlah negara tidak terlalu serius menghadapi pandemi ini. Namun ketika korban meninggal dunia akibat Corona semakin merebak di negara-negara di Asia, Eropa, Amerika, barulah terlihat upaya serius untuk mengatasinya. Termasuk mengantisipai dampaknya yang meluas terhadap ekonomi global.
Kebijakan politik ekonomi negara berubah drastis. Semua terintegrasi untuk perang melawan Corona. Tidak satu pun negara yang menyatakan sanggup mengatasi dampak pandemi ini. Akibatnya, telah terjadi lonjakan pengangguran, angka kemiskinan meningkat, dari sisi bahan pangan diperkirakan mengalami gangguan, sektor-sektor jasa dan produksi tersendat mulai dari pertanian hingga industri manufaktur.
Setiap orang diminta tetap tinggal dirumah sebagai strategi memutus rantai penyebaran virus yang diketahui mencuat di Wuhan, Tiongkok. Politisi, ekonom dan pemangku kepentingan di negeri ini meramu jurus melawan Corona.
Ketersediaan pangan untuk mememuhi kebutuhan penduduk Indonesia sekitar 270 juta jiwa penduduk Indonesia menjadi modal utama melawan bencana non alam yang sulit diprediksi kapan berakhir.
Badan Usaha Milik Negara Badan Urusan Logistik (Bulog) menjadi salah satu tumpuan untuk mengakomodir produksi hasil pertanian, khususnya beras.
Sesuai perannya, Bulog ditugasi menjaga tiga pilar ketahanan pangan melalui persediaan yang cukup, akses dan harga beras yang terjangkau oleh masyarakat dan melakukan stabilisasi harga.
Pengusaha penggilingan yang sudah mengakar di sentra-sentra produksi menjadi mitra strategis Bulog untuk mendulang pangan beras. Manajemen bisnis profesional yang memegang prinsip maju bersama petani ditunjukan Bulog Kantor Wilayah Sulawesi Tenggara.
Stok terjaga
Bulog Kantor Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara periode Januari hingga November 2020 telah menyerap beras produksi petani sebanyak 27.000 ton atau melampui target pengadaan 2020 sebanyak 24.500 ton, bahkan realisasi serapan tersebut lebih tinggi dibanding realisasi penyerapan selama 5 tahun (2015-2019) yang rata-rata hanya sekitar 20.000 ton.
Sentra produksi andalan beras terdapat di Kabupaten Konawe, Konawe Selatan, Kota Bau Bau, Kolaka Timur, Kolaka Timur dan Bombana.
"Capaian pembelian beras petani 27.000 ton periode Januari hingga 12 November 2020 sangat menggembirakan. Kualitas beras makin baik dan target serapan Bulog Sultra sudah melampaui," ujar Kepala Bulog Kanwil Sultra Ermin Tora.
Bulog Kanwil Sultra tahun 2020 ditargetkan membeli beras petani sebanyak 24.500 ton atau meningkat dibandingkan tahun 2019 sebanyak 18.000 ton.
Bulog melalui mitranya di sentra-sentra produksi membeli beras petani berdasarkan keputusan pemerintah seharga Rp8.300/Kg, mengalami kenaikan dibanding tahun 2019 senilai Rp8.030/Kg.
Adapun standar kualitas beras pembelian Bulog, yakni kadar air paling tinggi 14 persen, derajat sosoh paling sedikit 95 persen dan butir patah paling tinggi 20 persen.
Bulog Sultra pun berperan nyata mendistribusikan 5.300 ton beras bantuan sosial bagi 118.932 keluarga penerima manfaat (KPM) yang terdampak pandemi di 17 kabupaten/kota se-Sultra.
Bansos pangan beras adalah penugasan pemerintah melalui Kementrian Sosial yang ditujukan kepada Bulog untuk mengurangi beban masyarakat memenuhi kebutuhan pangan beras di tengah pandemi Corona.
Pemerintah mengucurkan JPS beras selama tiga bulan (Agustus, September dan Oktober). Setiap keluarga penerima manfaat dijatah 15 kilogram beras premium setiap bulan.
Adapun keluarga penerima manfaat (KPM) Kota Kendari tercatat 7.537, Konawe 12.699, Kolaka 8.816, Kolaka Timur 6.994, Kolaka Utara 7.038, Konawe Selatan 15.011 dan Kota Baubau 5.536 KPM.
Kabupaten Muna 13.430, Muna Barat 5.063, Wakatobi 4.847, Buton Tengah 5. 070, Buton Selatan 4.426, Buton 4.841, Bombana 8.026, Konawe Kepulauan 3.220 dan Konawe Utara 2.729.
Baca juga: Bulog: Target Penyerapan Beras Petani Tidak Tercapai
Percepat pembayaran
Bulog Sultra meningkatkan pelayanan terhadap mitra sebagai kunci pencapaian pembelian beras petani berjalan lancar dan menciptakan rekor baru sampai 27.000 ton hingga November 2020.
Tiga tips yang dianut Bulog Sultra agar serapan beras petani maksimal, percepatan pembayaran beras terhadap mitra, peningkatan kapasitas tampung gudang dan ketiga percepatan pelayanan bongkar beras saat mitra tiba di gudang.
"Percepatan pembayaran bagi mitra sangat penting karena modal digunakan secepatnya lagi untuk membeli gabah petani," kata Ermin.
Jika mitra merasakan ada hambatan pelayanan dari Bulog pasti berpikir untuk menjual beras ditempat lain karena mitra menganut prinsip bisnis cepat dan menguntungkan.
Adapun standar kualitas beras pembelian Bulog, yakni kadar air paling tinggi 14 persen, derajat sosoh paling sedikit 95 persen, butir patah paling tinggi 20 persen dan butir menir paling tinggi 2 persen.
Data Badan Pusat Statistik Sultra menyebutkan luas panen dan produksi padi 2020 (angka sementara) diperkirakan sebesar 132,99 ribu hektar, mengalami kenaikan sebanyak 0,64 ribu hektar atau 0,49 persen dibandingkan 2019 yang sebesar 132,34 ribu hektar.
Produksi padi pada 2020 diperkirakan sebesar 539,35 ribu ton gabah kering giling (GKG), mengalami kenaikan sebanyak 19,65 ribu ton atau 3,78 persen dibandingkan 2019 yang sebesar 519,71 ribu ton GKG.
Jika potensi produksi padi pada 2020 dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, produksi beras pada 2020 diperkirakan sebesar 308,14 ribu ton, mengalami kenaikan sebanyak 11,22 ribu ton atau 3,78 persen dibandingkan 2019 yang sebesar 296,92 ribu ton.