Jakarta (ANTARA) - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan entitas anak usaha membukukan laba bersih sebesar Rp12,2 triliun pada semester I tahun ini atau turun dibandingkan periode sama tahun lalu yaitu Rp12,9 triliun.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja mengatakan meski laba bersih turun namun laba sebelum provisi dan pajak tumbuh positif karena ditopang oleh penurunan biaya dana (CoF) dan perlambatan pertumbuhan beban operasional.
“Laba sebelum provisi dan pajak yang solid mengimbangi peningkatan biaya pencadangan untuk mengantisipasi potensi penurunan kualitas kredit,” katanya dalam konferensi pers secara daring di Jakarta, Senin.
Jahja melanjutkan pihaknya juga berhasil mencatat pertumbuhan dana pihak ketiga yang tinggi pada semester I 2020 yakni meningkat 13 persen (yoy) menjadi Rp761,6 triliun.
Pencapaian pada dana pihak ketiga tersebut ditopang oleh dana giro dan tabungan (CASA) yang tumbuh 12,8 persen (yoy) yaitu mencapai Rp575,9 triliun dan berkontribusi 75,6 persen dari total dana pihak ketiga pada Juni 2020.
“Jaringan transaksi perbankan yang luas merupakan faktor pendorong pertumbuhan dana CASA,” ujarnya.
Sementara untuk deposito berjangka turut tumbuh 13,6 persen (yoy) atau Rp185,6 triliun dengan posisi likuiditas yang sehat yaitu LDR sebesar 73,3 persen sehingga dapat mengantisipasi berbagai kebutuhan khususnya selama masa pandemi.
Kemudian BCA juga tetap mampu menjaga permodalan pada posisi yang solid dengan rasio kecukupan modal (CAR) berada pada level 22,9 persen di tengah berbagai tantangan pandemi COVID-19.
Rasio kredit bermasalah (NPL) sebesar 2,1 persen dibandingkan 1,4 persen pada Juni 2019 dan BCA membukukan rasio pengembalian terhadap aset (ROA) 3,1 persen serta pengembalian terhadap ekuitas (ROE) 15,6 persen pada semester I 2020.